Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2022

Umroh/Haji Bukan Sekadar Perkara Uang

Dulu saya agak nggak percaya kalau ada orang yang bilang, ke tanah suci itu yang penting niat! Yakali niat doang? Kan harus bayar. Bukan cuma ongkosnya, tapi segala rupa printilannya mulai dari paspor, visa, vaksin dll. Sampai ketemu beberapa temen yang (mohon maaf) saya tau kondisi keuangannya. Mereka bukan orang berlebih. Adakalanya gaji habis sebelum waktunya. Ya kaya kebanyakan kita aja. Kita? Kamu kali, Prith? Oiya, saya ding. Intinya ya gitu lah, paham kan ya? Yang pertama temen saya cerita, dia dipanggil sama atasannya di kantor. Ditanya paspor ready apa nggak? Dia ngangguk aja, dipikir bakal ada penugasan ke luar negeri. Nggak taunya, "Tanggal sekian harusnya saya umroh tapi karena satu dan lain hal, saya nggak bisa pergi di waktu itu. Nggak tau uangnya bisa balik atau nggak, tapi daripada saya ribet, tiketnya buat kamu aja." Teman saya pun mematung di ruang sang atasan. Saking nggak tau mau bilang apa. Baginya, jutaan kata makasih juga rasanya nggak bakal

Pagi Bersama ABG

"Kenapa Bunda ngajak Gaza, gak yang lain?" "Karena kemarin pas ke travel, Gaza ditinggal." "Eh iya lama banget, Gaza pulang sekolah, udah selesai makan, udah tidur siang, bangun lagi, Bunda belum pulang juga." "Macet parah, makanya pas pulang Bunda pusing." "Syukur Gaza gak ikut." "Nah ada hikmahnya, kan? Selain itu, Bunda ngajak Gaza karena ..." "Kaya gak enak ujungnya?" "Biar ada yang bawain belanjaan." "Tuh kan Gaza bilang juga apa! Pantesan Gaza boleh milih mau sarapan apa aja, mau disuruh manggul." Few moments later ... "Gazaa, jangan gitu bawa telornya. Bisa pecah semuaa!" Saya jerit pas dia bawa telor diayun-ayun. "Kek gimana yang bener?" "Perlakukan seperti anak sendiri." "Hah? Diomelin?" 🙄 Pas lewat lapangan ... "Kita jalan di jogging track-nya yuk? Yang duluan ngeluh cape, bayar." "Berapa?" "Sepuluh

Berani Menghadapi Kenyataan Meski Tak Mudah#Review #Tegar

"Eh, Bapak itu kan yang ada di iklan Cap Badak. Main di film ini juga, ya?" celetuk si sulung ketika film dibuka oleh kehadiran Om Deddy Mizwar yang berperan sebagai Kakeknya Tegar. Saya ketawa, maklum kami di rumah nggak punya tivi. Jadi anak-anak nggak tau nama-nama artis, meski terkenal sekalipun. Saya harusnya bersyukur sempat tertawa di awal, karena selanjutnya nyaris tak ada lagi tawa. Perjuangan Tegar untuk mandiri dalam kesehariannya, bikin air mata saya menderas. Mulai dari saat ia berupaya mengambil sendiri baju di lemari, menggoreng telur sampai berenang. Wow, masya Allah, keren! Ketiga anak saya pun ikut takjub dibuatnya.   "Kok bisa ya Bun, berenangnya jago amat, padahal dia gak punya tangan dan kakinya juga sebelah pendek?" "Ya ampun, itu megang cangkir pakai kaki, keren amat!" "Jalannya cepet, lho. Padahal lebih banyak pakai tangan!" Terkagum-kagum mereka melihat Tegar, bagai tersihir, nggak ngedip sama seka

Cara Kece Menegur Anak Saat Berbuat Salah

"Bundaa ... Sakiit, periih!" Teriakan anak gadis lantang sejak dari teras malam itu. Ia memasuki kamar, tempat saya beristirahat sejak sehari sebelumnya. Sebentuk luka bakar lengkap dengan bau asapnya, ia tunjukkan pada saya. Wajahnya tampak menahan sakit. "Ade kena api, tadi main kembang api. Pas kembang apinya abis, Abang sama Aa sama temennya main bakar-bakar kertas sama daun. Trus Ade ikutan. Eh tangan Ade kena api." "Kita obatin ya?" "Gak mau, periih! Pake plester aja." "Iya tapi diobatin dulu, yuk?" "Pake apa?" "Obat dari Allah, air." Saya ajak ia ke kamar mandi, lalu saya pegang jarinya di bawah aliran air keran. Pertama-tama sih dia jerit-jerit, tapi setelah semenit pertama sudah bisa menikmati dinginnya. Sambil saya ceritakan bahwa dengan begini, bakterinya pergi. "Banjir bandang kalau buat bakteri?" Dia bertanya dg mimik lucu." "Mungkin." Setelah sekitar 10 menit, saya l

Agar Anak Ikhlas Membantu Pekerjaan Rumah

Buibu, pernah nggak merasa kesulitan menyuruh anak mengerjakan pekerjaan rumah dan disiplin atasnya? Saya pernah, sering malah. Walhasil trial n error melakukan cara, gimana supaya anak mau melakukannya dengan ikhlas. Sampai akhirnya saya menemukan cara yang semoga nggak ada expired date-nya sehingga saya harus putar otak cari cara baru #eh maksudnya semoga dengannya anak istiqomah. Gimana caranya? Kamu nanyeaa? Bertanya tanyaaah? #plak ❤️ Serius, gini ada setidaknya 7 tips yang udah saya coba dan cukup efektif, yaitu : 1. Be happy Kerjakan pekerjaan rumah rutin kota dengan bahagia. Jangan sampai kita kebanyakan ngeluh saat mencuci, menyapu atau bahkan memasak yang hasilnya langsung masuk ke perut anak. Saat kita bahagia, atau kalau bisa terlihat keren dan atraktif (biarin dibilang lebay), maka vibes positif akan sampai ke anak, dan perlahan mereka penasaran untuk mencoba. Gimana keren dan atraktif itu? Contohnya gini: "Woow Bunda menemukan cara biar kita bisa ngaca di

Jangan Takut ke Psikolog

Setelah saya post kisah ke Psikolog pagi tadi, cukup banyak yang japri. "Teh, Psikolog mahal gak sih?" "Teh, saya gak tau masalahnya apa. Tapi kok saya mudah marah ya? Perlu ke psikolog gak?" "Teh, anak saya susah kalo disuruh belajar, bikin frustrasi. Kalo ke psikolog bisa jadi rajin gak?" "Teh, saya pusing banyak utang. Psikolog bisa bantu gak?" Eh mon maap, yg terakhir mah gak bisa. Ok gini ya, Manteman ... Apa gunanya Psikolog? Mirip sama dokter, mengidentifikasi penyakit dan atas izin Allah membantu menyembuhkan dengan ilmu yang dimiliki. Bedanya, dokter bagian fisik. Sementara psikolog, jiwa aka psikis. Jadi kalau ke psikolog, bisa 'diliat' ya? Ya enggak, emang dukun? 🙄 Tapi dari serangkaian psikotes, psikolog bisa liat karakter dasar, potensi, emosi bahkan yang terpendam dan tak kita sadari sekalipun. Terutama melalui tes-tes proyeksi, ini akan muncul. Udah banyak lho sekarang di Google contoh psikotes. Bisa dipelajari

Hadiah dari Allah

"Bunda, uangnya udah cukup belum untuk kita umroh sekeluarga." Si nomor dua bertanya pada saya beberapa waktu lalu. Saya menggeleng pelan. Nyaris cukup untuk membawa salah satu, tapi saya dilema, siapa yang harus diajak? Keduanya ingin. Sangat ingin. Lalu saya bicara dengan mereka satu persatu. Si nomor dua menangis, memohon agar ia yang diajak. "Please Bunda, Bilal udah berdoa setiap hari, murojaah, tilawah, dzikir diperlama ..." Beragam amalan ia data. Iya bener, anak itu selalu bersungguh-sungguh saat memohon Allah izinkan umroh. Bahkan tak jarang sampai menitikkan airmata. Kuat keinginannya untuk mengunjungi Baitullah. Di waktu berbeda, saya berbicara dengan abangnya. Ia diam agak lama sebelum menjawab. Tarik napas panjang, "Bun, kalau ada uang lebih, bawa aja Bilal. Dia tuh pengen banget kesana." "Kamu nggak pengen?" "Ya pengen lah, siapa yang nggak mau liat Kabah? Tapi inget-inget deh, Bilal tuh sampe sedekah ke pemulung aj

Pay it Forward ala anak-anak

Pernah cape karena anak-anak berantem atau ngeyel? Saya pernah. Apalagi kalau menghadapi anak sulung, yang apa-apa harus beralasan. Ngeselinnya, alasan itu harus masuk akal dia. Kalau nggak, nanyanya bisa panjang. Tapi namanya anak-anak, kaya gitu tuh gak terus-terusan. Adakalanya mereka juga bisa manis. Kaya dua anak bujang kemarin. Sebelumnya, saya bawa si sulung buat private quality time. Berkunjung ke rumah dosen, lalu ngemall berdua aja. Esok harinya dijadwalkan untuk mengajak si nomor dua. Tapi tanpa diduga, anak itu malah nanya, "Kita ngemall mau ngapain aja?" "Makan, beli yang diperlukan di supermarket. Atau, Aa ada keperluan? Sepatu ... tas?" Dia menggeleng, "Kalau mau makan, jangan berdua. Ajak Abang sama Nailah." "Abang kan udah kemarin. Nailah besok atau lusa." "Bilal gak bisa kalau makan enak di restoran atau mall, tapi Abang sama Ade makan di rumah." "Kan di rumah juga makan enak, Mamam yang masak." &

Quality Time dengan Anak

Kapan hari ada yang nanya, "Teh, kata dr. Aisyah Dahlan, kita harus sesekali bawa satu anak pergi? Nanti gimana dong yang lain kalau iri?" Iya bener. Sebelum nonton video dr. Aisyah yang itu, saya udah suka ngajak satu anak pergi dalam satu waktu. Iya satu aja, lainnya tinggal di rumah entah sama ayahnya atau kalau pas acara keluarga, sama nenek dan tante/om-nya. Biar mereka merasa spesial. Di situ juga biasanya akan lebih banyak cerita mengalir ketimbang kalau lagi barengan. Dan harus lapang dada, karena kritikan terhadap orangtua juga bisa muncul dalam momen seperti ini. "Aku tuh gak suka loh kalo Bunda ngomel pas aku baru pegang HP. Gak setiap pegang Hp itu auto mo main games, Bun. Lah emang LMS ngerjainnya di buku tulis?" Atau, "Bun, liat deh baju Ibu itu. Warna-warni gitu aneh kan? Nah Bunda kalau pakai baju yg warna x sama kerudung warna y, seaneh itu." Masya Allah Tabarakallah ... Saya biasanya ngangguk-ngangguk aja, sepanjang nggak meny

Trauma Masa Lalu itu Ada

Trauma masa lalu itu ada, baik dari orang atau kondisi yang kurang baik. Tapi Allah menciptakan kita sebagai makhluk paling sempurna, punya akal dan rasa. Kita bisa menentukan, mau stuck dengan seluruh pengalaman buruk di masa lalu, atau berjuang mengikhlaskannya lalu membuat perubahan untuk masa depan. Tak mudah, karena ganjarannya surga, bukan voucher kuota. Minta sama Allah supaya dikuatkan menanggung segala beban. Yakinkan diri bahwa ujian-Nya takkan melampaui kemampuan kita. Jika dirasa sangat rumit, hubungi ahlinya, berjuang untuk sembuh. Bukan teriak-teriak bahwa lingkungan penuh toxic, kita doang yang sempurna. Salam hangat, Pritha Khalida 🌷

Hidayah Milik Allah

Pagi tadi saya sarapan kisah dan taushiyah dari Mamam. Sementara suami upacara online hari Sumpah Pemuda, khusyuk saya mendegar Mamam bercerita. "Ada temen Mamam, anaknya disekolahin di luar negeri, eh taunya dilamar." "Alhamdulillah atuh, Mam." "Masalahnya dilamar sama yang beda agama, Teh." "Oh ..." "Mama Papanya udah pasti nolak. Eh belakangan katanya liat di medsos, mulai ada foto anaknya gak pakai kerudung." "Inna lillahi." "Mamam diem aja, bingung mau bilang apa. Takut salah, Teh." "Iya Mamam tunggu aja, kalau temen Mamam curhat, dengerin." "Tapi temen Mamam yang lain ada yang nyukurin." "Kenapa?" "Kan temen Mamam yang itu teh memang suka dakwah, minimal ngasih nasehat kalau di grup. Mungkin ada yang kesentil. Katanya, makanya gak usah sok-sokan dakwah. Eh anaknya begitu. Padahal dakwah mah kan wajib, ya? Gak usah nunggu jadi kyai. Iya mun jadi, mun henteu berarti

Definisi Cantik Kini dan Nanti

Kemarin salah satu teman kuliah saya melepas masa lajang. Pas saya lg liat2 fotonya di WA group, si nomor dua nyamperin. "Astaghfirullahaladzim!" Ia memekik. "Kenapa deh?" "Temen Bunda seksi, gak pake kerudung. Kata Ustadz, kita harus langsung tutup mata." "Ya gak pake, kan bukan orang Muslim." "Oh ... Temen Bunda baru nikah?" "Iya." "Belum punya anak?" "Kan nikahnya juga baru." "Oh iya." "Cantik ya?" Saya menutup bagian leher kebawah dan memperlihatkan wajahnya. Iya memang beliau pakai gaun pengantin model kemben. "Iya cantik. Pasti karena dia belum punya anak?" "Emang kalau udah punya anak, gak cantik?" "Cantik, tapi kan kata Bunda, cantiknya beda. Udah ditambah cape, kurang tidur, nasehatin anaknya yang gak mau nurut." "Oh bagus kamu inget." "Cantik tapi galak." **Bisa gak sih gak usah disebut galaknya? "Bunda, ada tem

Anak-anak saya pembohong ulung.

Ketika ada yang camping dan yang tinggal akan berkata, "Yess Abang/Bilal camping. Gak ada yang rusuh/iseng lagi di rumah ini." Lalu lompat-lompat kegirangan. Pada kenyataannya, baru beberapa jam rumah hening tanpa salah satunya, sudah akan ada kalimat, "Abang/Bilal lagi ngapain ya ujan gini?" Atau, "Coba ada Abang/Bilal, kan bisa nemenin ke warung." Atau, "Ayah Bunda, boleh Gaza/Bilal malam ini tidur di kamar Ayah Bunda? Malesin sendiri." Dan lainnya. Yang intinya, sebetulnya merasa kehilangan dg ketidakhadiran saudaranya. Padahal kalau deket, hmm ... pensil bertambah pendek karena dipinjam salah satu aja bisa jadi bahan perang dunia. #Brothering Kurikulum yang langsung Allah ajarkan pada kakak-beradik. Dimana mereka saling asah-asih-asuh satu sama lain. Adakalanya tak menyenangkan di mata kita. Anak kok ribut mulu? Kakak bukannya ngemong malah galak sama adik? Adik kok nggak ada hormatnya sama kakak? Nggak gitu konsepnya. Biarkan mer

Ilmu Ikhlas ala si Nomor Dua

Mau anak-anak bilang galak, saya tuh seringkali nangisan kalau ada hal yang kena ke hati. Apa aja, terutama kalau terkait orang-orang terdekat. Saat kemarin si nomor dua nanya, apakah dia akan ikut berangkat ke tanah suci di awal tahun? Saya cuma bisa memeluknya dan bilang, "Jadi anak shalih, minta sama Allah. Maka peluang doa dikabulkannya akan lebih besar." "Bilal shalih, tiap hari murojaah, tilawah, ziyadah ..." Segala amalnya dia sebutkan. "Masya Allah Tabarakallah, semoga Allah kabulkan doa Aa ya?" "Tapi Bun ..." Ia berhenti sejenak. "Apa?" "Apa mungkin Allah belum kabulkan doa Bilal, karena semua amal Bilal seringnya buat ngisi buku laporan ke sekolah ya?" "Maksud Aa?" "Kan kata Bunda harus ikhlas karena Allah. Iya Bilal juga ikhlas. Tapi kadang-kadang yang penting bisa ngisi buku laporan." Jleb! Saya diam. "Bunda marah?" "Enggak. Lain kali bismillah karena Allah ya." A

Inner Child Lepaskan dengan Bismillah

Inner Child, Lepaskan dengan Bismillah Beberapa waktu belakangan, inbox dan WA saya dipenuhi dengan kisah teman-teman mengenai Inner Child yang mereka alami. ❤️ Apa itu #innerChild ? 'Anak-anak' yang terperangkap dalam jiwa orang dewasa. Mereka memeluk erat segala kenangan yang terjadi di masa kanak-kanak, baik ataupun buruk. Sayangnya, yang sering menimbulkan efek buruk adalah pengalaman buruk dan traumatis. Saya akan membatasi pengalaman traumatis ini ya. Jadi jika Anda menyebut diri mengalami trauma atau inner child karena pernah dimarahi oleh orangtua tersebab melakukan kenakalan semasa sekolah, dihukum kurungan di rumah karena ketauan punya pacar saat remaja dan hukuman lainnya karena kesalahan yang diperbuat, mohon maaf itu bukan trauma Inner Child, tapi wajar. Jadi traumatic moment masa kecil itu yang seperti apa? Yang tidak disebabkan secara langsung oleh perbuatan kita. Kasus 1 A (30th, perempuan) memiliki banyak kemampuan mulai dari membuat kue, menjahit d

Mendidik Anak Sesuai Syariat itu Tidak Mudah

Mendidik anak sesuai syariat itu nggak mudah. Tapi nggak mau bikin sulit juga. Ilmunya banyak berserakan, hardware-nya sudah diinstall oleh Allah. Tinggal kita sebagai orangtua, mau upgrade terus atau menyerah pada keadaan? Salah satu yang saya tanamkan dalam pendidikan anak-anak adalah, bahwa kita nggak merayakan ulangtahun dengan meniup lilin atau bernyanyi. Itu kebiasaan non muslim. Tradisi ulangtahun saja sebetulnya memang tak ada. Namun saya persilakan anak-anak untuk sekadar menikmati kue atau makan di restoran guna menjadikannya kenangan kelak mereka dewasa. Alhamdulillah untuk yang satu ini, mereka mudah patuh. Tanpa banyak tapi. Allah mudahkan, masya Allah tabarakallah ... Tak ada doa khusus terpanjat. Karena kami lebih memilih waktu mustajab hari Jumat, selepas shalat atau di sepertiga malam terakhir untuk melepas anak-anak panah doa itu ke langit. Terasa spesial, karena ia lahir di tanggal yang sama dengan Mamam (ibu saya). Namun karena Mamam qadarullah ada keper