Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2023

Sebuah Nasehat untuk Anak Lelakiku Tentang Menikah Lebih dari Sekali

Berawal dari obrolan tentang seorang mualaf yang masuk Islam karena hendak menjelekkan Rasulullah atas pernikahannya yang lebih dari sekali, reapon anak kedua saya sungguh di luar dugaan. "Bun, emangnya laki-laki boleh nikah lebih dari sekali?" "Dalam islam boleh, maksimal empat." "Tapi kalau isterinya udah meninggal kan? Siti Khadijah juga pas udah meninggal, Rasulullah baru nikah lagi." "Enggak. Maksudnya betul Rasulullah baru nikah lagi setelah Khadijah radhiyallahu 'anha meninggal, tapi setelah itu beliau bisa punya isteri lebih dari satu dalam waktu yang sama." "Orang biasa juga boleh? Apa cuma Rasulullah yang boleh?" "Laki-laki biasa selain nabi juga boleh." "Ada syaratnya?" "Bukan syarat, tapi menurut Bunda, setidaknya dia harus punya lima hal ini. Pertama, imannya kuat. Tauhid no satu. Jika dia menikah, niatnya karena Allah semata." "Kaya gimana niat karena Allah?" "Un

Generasi Sandwich, Generasi Kejepit?

Barusan anak sulung saya nanya, "Bunda, #GenerasiSandwich itu apa?" "Sandwich itu kan isian yang letaknya di tengah potongan roti, atas dan bawah. Nah generasi sandwich itu orang yang harus menafkahi dua generasi, di atas dan di bawah. Anak dan orangtuanya." "Kalau dia nggak punya uang, gimana?" "Ya sesuai kemampuan lah. Tapi andai urgent orangtuanya gak ada pemasukan, sementara anaknya cuma dia, ya usahakan supaya bisa. Ya masa orangtua udah ngurus dia sejak kecil, dibiayain, dikasi makan bergizi dan lain-lain, padahal bisa jadi dulu juga orangtuanya miskin sampai harus kerja serabutan, tapi anaknya tetap diurus dengan baik. Masa iya, sekarang anaknya mo ngeluh cuma karena harus membiayai orangtua? Apalagi kalau anak laki-laki, ada kewajiban terhadap orangtua, terutama ibunya, untuk menafkahi." "Kalau gaji dia gak cukup?" "Insya Allah cukup kalau sudah diniatkan. Karena saat seorang tarolah laki-laki bertekad mau menaf

Untuk yang Sedang Tak Baik-baik Saja (Jelang Hari Raya)

Seorang sahabat DM, cerita bahwa dengan kondisinya yang dirasa sedang 'di bawah' saat ini, dia nggak mau ketemu siapa-siapa. Saya simpel aja bilang, "Jangan." Maksudnya, jangan kemana-mana. Diem aja di rumah. Kecuali punya kekuatan, bismillah laa hawlaa walaa quwwata ilaa billah, apapun yang bakal diomongin atau ditanyain orang, li bas aja. Toh yang ngomong, andai itu nggak enak, belum tentu lebih baik dari yang diomongin, ya gak? Kalaupun memang lebih baik, ya udah ambil baiknya buang jeleknya. Mau ada sejuta orang yang posting do's and dont's dalan obrolan hari raya, akan ada aja kok yang ngomongin tentang kesuksesannya, prestasi anak-anaknya, pasangannya yang luar biasa dan lain-lain. Ada yang emang niat flexing. Ada yang bersyukur, karena bisa sampai di posisi itu buat dia butuh perjuangan besar banget. Maksudnya, taro lah dia sekarang punya suami romantis-royal-bucin. Lalu dia seneng nyeritain ke seluruh dunia. Gak usah iri atau insecure dulu,

Ramadhan Mau Pergi, Kebaikan Jangan Berhenti

"Sedih ya, Ramadhan udah mau abis." Si nomor dua nyeletuk. "Emang kenapa kalau mau abis?" Saya nanya, pengen liat sudut pandangnya. "Kan kalau Ramadhan enak bisa puasa, bisa iktikaf bareng temen-temen, ustadz. Bisa ngafal malem-malem, ada main-mainnya. Doa-doa kita diijabah. Dosanya diampuni." "Tau nggak biar Ramadhan gak kerasa pergi?" "Gimana?" "Perlakukan bulan lain kaya Ramadhan. Kalau di Ramadhan bisa tilawah banyak, lakukan juga di bulan lain. Kalau pas Ramadhan puasa, ya ikuti puasa sunnah rutin. Kalau pas Ramadhan hafalan bisa banyak, sebanyak itu juga di bulan lain. Shalat sunnah ada dhuha, tahajjud, shalat taubat. Kerjakan semuanya. Allah gak cuma mengampuni hamba-Nya saat Ramadhan, kok. Pengabulan doa juga bukan cuma pas Ramadhan." "Hmm ..." "Betul Ramadhan itu bulan mulia, punya banyak keistimewaan dan keutamaan. Bulan turunnya Al Qur'an. Ada pula Lailatul Qadar. Tapi kan gak lantas bikin bulan l

Semua Bermula dari Baju Raya

Seorang ibu memeluk anaknya yang mendamba baju baru, tuk dikenakan di hari raya. Pedih nian hatinya, jangankan baju baru, apa yang hendak dimakan nanti pun belum tampak hilalnya. Hasil berdagang belakangan sepi. Ia menulis di medsosnya, sekadar meluapkan isi hati, mengenai anak-anak yang sungguh ingin baju baru tapi ia tak mampu. "Bund, lebaran udah di depan mata nih. Udah persiapan apa aja? Saya belum ada, nih. Padahal anak-anak udah pada minta baju lebaran." Temannya, si A komen "Anak tuh harusnya diajarin untuk ngerti kondisi orangtua, Bund. Kaya anak aku, gak pernah minta baju baru buat lebaran. Yang ada aja. Sederhana, gak usah berlebihan." Lalu hadir coretan jempol si B, "Baju lebaran bukan kebutuhan primer, jangan terlalu dipikirin. Aku sih mending uangnya ditabung aja buat persiapan anak masuk sekolah." C tak mau kalah, "Jangan ngeluh di medsos, Mbak. Ntar jadi bahan ghibah, dikira suaminya nggak merhatiin kebutuhan Mbak-nya. Bisa-

Tanya yang Lain Dulu

Ambil rapot si sulung. Masa gurunya bilang, "Pas riyadhah kemarin, setelah muhasabah memejamkan mata disuruh mengingat orangtua, kan siswa ketemu saya satu persatu. Rata-rata mereka minta maaf, ya kami saling bermaafan, Ma. Tapi pas bagian Gaza, dia kaya yang bingung. Saya tanya, 'Kenapa Gaza?' Eh dia jawab, 'Entar Bu, aku tanya yang lain dulu.' Itu aneh banget deh dia, Ma." Saya mengingat cerita si sulung, lalu sambil agak-agak malu, menjelaskan. "Maaf Bu, pas sesi muhasabah itu, dia memejamkan mata eh ketiduran katanya. Dia bangun karena disemprot air sama Pak X. Begitu liat kiri-kanan, dia bingung kenapa temen-temennya pada nangis? Tapi belum sempat nanya, abis itu kan disuruh menemui wali kelas, dia pikir mau dinasehatin. Makanya dia diem aja." "Ya Allah, ternyata gitu ceritanya. Pantes dia bengong aja depan saya." "Iya Bu, mohon dimaafkan." "Iya Ma, gak papa." Dalem hati, duh malu-maluin amaat ini anak P

Hati-hati dalam Berdoa

"Aku tulis detail, ya Allah aku mau punya omzet seratus juta bulan ini dari bisnisku. Kalau Engkau kasih, aku akan sangat bahagia dan bersyukur." Di akhir bulan, "Alhamdulillah ya Allah, aku dapet pas seratus juta. Bahagia banget aku, makasih ya Allah." Betul begitu konsepnya? Sebelum dijawab, coba dibayangkan, andai seratus juta itu nggak tercapai, kira-kira gimana? Kan katanya kalau dapat, akan sangat bahagia dan bersyukur. Kalau enggak? Kecewa? Ngambek sama Allah? Hey, masih dikasih nafas aja udah syukur alhamdulillah. Coba kalau enggak, oksigen mahal, Bestie ... Masih bagus juga sih kalau masih ketolong oksigen. Kalau nggak? Dah kelar! Jadi, gimana harusnya kalau berdoa? Pertama yang harus diperhatikan adalah, adanya adab dalam berdoa. Rasulullah bersabda, 'Tahukah kamu sekalian, orang itu berdoa dengan apa? Dia menyebut nama Allah yang Agung di dalam doanya. Yang apabila nama-Nya disebut, Allah pasti mengabulkan doanya, dan apabila mohon sesuatu

Imunisasi Penting untuk Calon Ibu ; Pengalaman Pribadi Suspect Rubella

Pas hamil anak pertama, sekitar 14 tahun yang lalu, Obgyn bertanya apakah saya sudah mendapatkan beberapa imunisasi mulai dari IDL (Imunisasi Dasar Lengkap) yang biasanya sudah didapat saat seseorang masih balita dan TT (Tetanus)? Namanya new mom, dulu saya heran, kenapa orang lagi hamil malah ditawari imunisasi? Riskan banget nggak sih, buat kondisi janin? Lagi hamil kok dimasukin virus yang sudah dilemahkan? Meski dengan alasan kekebalan sekalipun. Tapi suami saya bilang, ikuti saja kata dokter, jika itu memang untuk kesehatan dan keselamatan ibu dan janin. Jadi ya saya ikut saja, imunisasi TT. Yang IDL tidak, karena menurut Mama, saya sudah mendapatkannya lengkap waktu masih balita.  Sepulangnya dari periksa kehamilan, saya mulai mengumpulkan informasi tentang ini. Memangnya sepenting apa sih imunisasi untuk ibu hamil? Ternyata, imunisasi untuk ibu hamil diperlukan karena berisiko mengalami infeksi yang dapat memengaruhi kondisi janin, seperti kelainan bawaan, keguguran,

Anak Perlu Belajar Tentang Hak Milik

Malam ini ada sedikit keru suhan di rumah. Diawali dengan si sulung yang menghampiri saya dan berbisik, "Bunda, #hotwheels Gaza ditempelin label pake selotip sama Bilal. Padahal itu kesayangan semua, ada yang masih mulus banget gak pernah dimainin karena Gaza suka. Lumayan m4hal, bel1nya nabung uang jajan." Saya lalu menghampiri si nomor dua. Dia lagi menempelkan label nama pada koleksi hotwheels gabungan milik dia dan abangnya. Tampak nama para pemain sepak bola dan nomor punggung masing-masing di situ. Oh paham, mobil-mobil mainan itu lagi cosplay jadi pemain sepakbola. Nanti dia akan mengatur jalannya pertandingan. Anteng banget anaknya. Tapi di belakang, abangnya udah ketar-ketir takut catnya terkelupas. "Aa, lagi apa?" "Nempelin ini, buat pemain bola. Ini Neymar, ini Mbappe ..." "Aa, sudah izin sama Abang untuk menempelkan label di hotwheels miliknya?" Ia menggeleng. "Nah, sekarang tolong dilepas ya. Silakan tempel label di

Copas untuk Iklan, Bolehkah?

"Teh Pritha, boleh gak sih kalo aku marah karena tulisanku di-copas tanpa dicantumkan nama, trus untuk posting dagangan pula?" tanya seorang teman. "Apa yang bikin marah?" "Memang ilmu itu dari Allah, aku tau. Tapi untuk rapi tersaji, enak dibaca, mudah dipahami ... itu kan butuh usaha. Aku nulis sambil baca buku, nonton, browsing. Trus aku post, eh di-copas buat caption iklan. Gak perlu bayar, asal cantumkan nama penulisnya aja. Atau share lah. Kok malah dibilang aku perhitungan lah, gak ikhlas lah." "Wajar banget. Sama aja kaya orang jual kue, diambil stiker merk-nya trus dijual ke orang lain dan dia menuai pujian karena kuenya enak. Eh itu mending kuenya dibeli. Coba kalo kuenya diambil gitu aja. Pasti nggak enak." "Nah kaan ..." "Boleh marah, tapi yang cantik. Tegur orangnya japri, jangan marah di feed IG atau wall yang semua orang bisa baca. Nggak ahsan. Diingatkan baik-baik, mungkin orangnya belum paham." &qu