Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2023

Bye, Syukran

  Lagi-lagi 🇵🇸 memberikan kita pelajaran penting dalam interaksi antar manusia. Dunia seolah dibuat tertegun nyaris tak berkedip saat menyaksikan pembebasan Neng Maya oleh Mas Ha. "Bye, Maya." "Bye, syukran." (Dah, makasih) Udah dua kalimat aja, tapi banyak yang baper, Masya Allah. Saya lantas terpikir, kalau antar dua orang yang baru kenal aja kalimat itu bisa bikin baper, maka gimana jika diterapkan pada anak-anak? Misalnya tiap pagi saat anak mau berangkat sekolah, setelah sarapan dan memastikan semua bawaannya nggak ada yang tertinggal, kita kecup ubun-ubunnya, didoain dan ditutup dengan,  "Dah, Makasih ya udah bangun lebih pagi hari ini.' Atau, "Dah, makasih ya sarapannya dihabiskan." Kalimat bisa disesuaikan dengan apa saja yang bikin kita bahagia pagi itu. Atau kejadian umum juga boleh, macam "Dah, makasih ya suka bantuin Mama cuci piring." Rutinkan, liat hasilnya setelah sebulan. Kalau kelamaan, dua pekan deh. Ntar kalau udah I

Depresi Karena Kurang Iman?

Banyak yang nanya, "Apa betul depresi karena kurang iman? Padahal si A ibadahnya mantap. Jangankan yang wajib, semua ibadah sunah dijalankan."  Kita ini manusia, bukan? Salah satu fitrahnya adalah memiliki nafsu, bisa punya dosa. Lain dengan malaikat, yang gak dikasih nafsu, patuh tanpa tapi terhadap seluruh perintah Allah.  Nah kadar keimanan manusia itu naik-turun. Itu manusiawi banget. Jadi mungkin saja ada seorang penghafal Qur'an atau ahli sedekah depresi. Artinya kondisi keimanannya lagi down.  Kok bisa? Ya bisa, kan bukan malaikat. Boleh jadi ujiannya sangat berat sementara support system tak memadai. Sang penghafal Qur'an misalnya kehilangan orangtua yang sangat dicintai. Atau si ahli sedekah, kehilangan hartanya tiba-tiba, sehingga jangankan bersedekah, bahkan masuk jadi golongan penerima zakat.  Atau boleh jadi ada maksiat yang dilakukan dan menyakiti orang lain, yang bikin dia mendoakan hal buruk. Ingat kan kalau doa orang yang terzalimi itu mudah dikabulka

Peran Ayah dalam Merawat Fitrah Seksualitas Anak

 Kemarin saya ikut zoom meeting talkshow "Peran Ayah dalam Merawat Fitrah S3ksualitas Anak", yang diadakan oleh komunitas Penggiat Keluarga (GiGa) Indonesia. Meski kesannya ditujukan untuk para Ayah, namun para Ibu juga sebaiknya paham. Setidaknya untuk saling mengingatkan dengan suami, mana tahu mereka terlupa yakan?  Berikut beberapa catatan saya :  🧔 Manfaat keterlibatan Ayah 1. Mencegah/menghindarkan anak dari Mental illness 2. Melatih disiplin dan menanamkan tanggungjawab 3. Perkembangan emosional yang optimal 4. Meningkatkan rasa percaya diri 5. Mengoptimalkan prestasi di sekolah, akademik maupun non akademik (ekskul misalnya) 6. Suri tauladan sosok yang gagah berani 7. Menekan risiko anak berulah 8. Meminimalisir risiko obesitas dan gangguan psikologi 9. Meningkatkan kemampuan intelektual terutama yang berkaitan dengan problem solving dan linguistik  🧔 Upaya perlindungan keluarga dari orientasi perilaku s3ksu4l menyimpang: - OPSM (Orientasi Perilaku S3ksu4l Menyimpan

Kisah Sang Ratu dalam Tawanan

Baru saja saya menonton tayangan Ustadz M. Husein yang membacakan surat dari seorang warga Yahoodee bernama Danielle. Isinya kurang lebih tentang bagaimana kondisinya selama menjadi tawanan Hermes (ini tulisan pada dipelesetin, jadi tolong kalau komen gak usah lengkap amat).  Dalam surat yang ditulis menjelang perpisahannya dengan Hermes, Ibu Danielle ini keliatan banget sedih dan haru. Dia berterimakasih karena selama ada di markaz Hermes, baik dia maupun puterinya Emilia (6th) diperlakukan dengan sangat baik, layaknya ratu (iya dia nulis gini). Gimana nggak jadi ratu, kapanpun Emilia pengen main, diladenin. Suka dikasih manisan, buah-buahan dan lainnya. Yang gak ada aja, diusahain. Padahal kondisi lagi sulit. Yaiya kan lagi per4ng, bukan staycation.  Jadi nggak ada tuh sama sekali kesedihan, penderitaan atau bahkan trauma di diri Danielle dan Emilia. Dia udah merasa bestie sama pasukan Hermes. Bahkan di suratnya juga dia menyatakan salam perpisahan, mendoakan agar para pejuang senant

The Real Superhero

-Wahai Ayah Jadilah Pahlawan Keluarga- Viral screenshoot caption Ustadz Felix Siauw di medsos sejak kemarin (saya masukkan ke dalam gambar). Sejak pertama membacanya, rasanya getir. Bagaimana bisa ada perempuan yang bilang, baru kali ini lihat yang namanya Laki-Laki? Apakah sungguh telah hilang pesona gagahnya para ayah di mata anak-anak? Atau tangguhnya para suami di mata sang isteri? Saya sejenak ingin pura-pura lupa bahwa negeri ini sedang mengalami #fatherless Ayah ada namun tiada. Fisiknya ada tapi tanpa makna. Hadir sekadar jadi ATM atau lebih miris lagi, cuma untuk formalitas foto keluarga. Wahai para Suami/Ayah ... Dengarlah jeritan hati perempuan dan anak-anak yang begitu mengidolakan seorang pejuang dari Tanah yang Diberkahi. Padahal mereka hanya melihat sorot matanya. Tidakkah engkau cemburu? Karena seharusnya engkaulah yang menjadi pahlawan dalam keluarga. Mulai dari sosok, keimanan, akhlak dan keilmuan. Engkaulah yang mestinya disebut-sebut oleh para isteri dan anak. "

Mendidik ala Ibu di Gaza

 Empat puluh hari sudah serangan sirewel ke kiblat pertama umat Islam dilakukan. Sekitar 11rb orang syahid, dimana lebih dari separuhnya adalah perempuan dan anak-anak. Saya jujur saja nggak berani melihat foto atau video yang bersimbah da rah. Selain phobia juga tak tega. Tapi tentu saja ini tak mengurangi simpati saya pada mereka. Di penghujung 2008, untuk pertama kalinya saya memahami sungguh-sungguh mengenai sejarah si tukang klaim tanah orang lain. Tak lama saya hamil. Satu nama terpancang, jika laki-laki G*za. Alhamdulillah Allah kabulkan. Sejak dalam kandungan, anak ini sudah akrab dengan video dan bacaan tentang negeri para Nabi itu. Bahkan ketika ada masalah dengan kandungan saya kala itu, saya memohon pada Allah untuk menyelamatkan anak ini dengan berbuat sedikit kebaikan untuk masyarakat yang sedang struggle di sana. "Allah, izinkan hamba-Mu yang imannya jauh dari para shahabiyah ini, memiliki putera yang kelak akan memiliki kekuatan, kecerdasan dan keberanian laksana a

Menjadi Tangguh dengan Fitrah Belajar yang Utuh

 Menjadi Tangguh dengan Fitrah Belajar yang Utuh ~ Pritha Khalida S.Psi It's a wrap, Masya Allah Alhamdulillah ❤️ Siang tadi saya bahagia sekali bisa membersamai para siswa kelas 12 penerima beasiswa belajar persiapan masuk PTN yang diselenggarakan oleh @ybmbrilian dan @skolla.online  Webinar and Onboarding Platform Belajar - Awardee Smart Scholarship Siap Masuk PTN, seperti itu tepatnya. Tadinya webinar ini akan diselenggarakan secara hybrid di Menara BRI Jakarta. Karena sebagian besar penerima beasiswa tinggal di luar Jakarta, jadi bisanya online, maka sekalian aja acaranya online. Saya senang banget karena jujur aja sebetulnya deg-degan pas tahu jumlah penerima beasiswanya sebanyak 1.500 orang. Belum pernah seumur-umur mengisi acara dengan audience sebanyak itu offline pula! Tapi Alhamdulillah Allah mudahkan semuanya. Amanah yang direkomendasikan oleh guru saya Bunda @rorodwi.m ini berjalan lancar. Penyelenggara, MC, peserta, smuanya menyenangkan. Bikin saya lupa sama contekan m

A Letter to My Father, The King

Dear Papap Hari ini aku tiba-tiba merindu. mengingat seluruh masa kecil sekian dekade yang lalu. Sejak lahir, kita jarang ketemu. Gak kaya teman-teman yang bisa ketemu ayah mereka setiap malam selepas bekerja. Papap yang harus mencari nafkah di kapal, mau tidak mau baru bisa kutemui setelah kalender berganti. Sering rasa rindu hadir, mengajak teman-temannya mulai dari sedih, insecure atau kesepian. Saat orang lain bepergian di akhir pekan bersama ayah mereka, aku hanya berdua Mamam. Fatherless Isyu yang merebak belakangan, mengatakan negeri ini sebagai 'Fatherless Country' karena ada Ayah namun terasa tiada karena abai. Membuatku lantas menatap ke dalam diri. Oh tidak seperti itu. Aku memang terkadang kesepian, tapi kuyakin itu bukan Fatherless. Papap selalu hadir di tengah kami melalui surat setiap pekan. Adakalanya panjang, kadang hanya selembar kartu pos. Keduanya memuat kalimat penuh perhatian dan kasih sayang yang terangkai indah. Cukup untuk melepas rindu. Tahukah Papap,

Mengasuh Tanpa Amarah

Mengasuh Tanpa Amarah, Mungkinkah? Ringkasan Kulwapp IHBE (Islamic Home Based Education) Jumat 3 November 2023 Apa alasan marah pada anak? 1. Sisi Anak : susah diatur, mengulang kesalahan sama, lelet, berbicara keras atau kasar, berbohong dan sikap negatif lainnya 2. Sisi Ibu : Lelah, kurang tidur, telat makan, banyak masalah, overthinking, tidak punya support system, sakit, PMS dll Kebanyakan marah yang dahsyat disebabkan oleh alasan kedua, dari sisi ibu. Karena jika tak ada pemicu internal, ibu relatif lebih tenang menghadapi permasalahan anak. Sementara marah jika 'hanya' anak berperilaku negatif, relatif lebih terkendali. Jadi jujurlah pada diri sendiri, apa penyebab kita marah? Mengasuh anak adalah kewajiban. Bagaimana caranya (dengan amarah/tdk), itu pilihan. Marah bisa dikendalikan : 1. Catat Saat marah, catat penyebab dan seberapa keras marahnya. Misal memarahi anak yang memecahkan gelas, saat sedang PMS, marahnya sampai berteriak dan membuat anak menangis kencang sampa

Job Desc Muslimah

 Saya pernah lihat meme tentang anekdot memahami perempuan, dimana terdapat gambar buku super tebal. Ternyata itu baru bab 1 atau bahkan mukadimahnya. Wow masya Allah, tampak rumit ya? Mungkin karena secara fitrah perempuan lebih banyak menggunakan perasaan ketimbang logika. Buruk? Enggak lah. Justru itu yang menjadikan rahim mereka super kuat membawa bayi selama 9 bulan, lengkap dengan segala pegal dan sakitnya. Kuat bertaruh nyawa melahirkan dan kelak akan menjadi orang yang paling sabar menghadapi anak-anak yang complicated. Karena perasaan cintanya pada Allah! Lalu kalau dari sisi perempuan, sebetulnya apakah dunianya memang serumit itu? Check it out! Dalam kajian Tazkiyatun Nafs di Bintaro 1 November kemarin, Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar  mengemukakan Job Desc Muslimah sebagai berikut  1. Sebagai Hamba Allah Al A'raf :172 2. Pas lahir Adz Dzariyat : 56 3. Pas baligh Luqman : 12-19, Al Ahzab : 59 4. Sebagai isteri An Nisa : 34 dan Hadis Riwayat Imam Ahmad no 191. Ada 4 p

Saat Teguran Allah Menyapa

Siapa yang suka mikir, mendidik anak-anak itu susah? Saya salah satunya. Tapi adakalanya saya balik pemikiran itu, jangan-jangan anak-anak saya juga punya pemikiran, alangkah susahnya punya Ibu kaya saya 😔 Well, beberapa hari belakangan, entah kenapa jadwal tidur saya berantakan. Malam susah lelap, subuh susah bangun. Jangan tanya tahajjud, lewaat. Astaghfirullah Astaghfirullah Astaghfirullah Allah Maha baik. Di tengah kondisi kaya gini, semalam saya dikasih sakit kepala yang subhanallah. Sampai segala mual terasa. Yang rencananya bada Isya mau menyimak hafalan dan malamnya mau menemani anak nonton pertandingan sepak bola, langsung saya batalkan. "Bunda izin tidur duluan. Tolong kalian cek kunci pintu, pagar, lampu. Gelas ditutup smua. Sama lainnya tolong ya." Anak-anak bujang iya iya aja, sementara anak gadis sudah tidur duluan. Jam 3.30 saya terbangun dalam kondisi sehat wal afiat. Bisa langsung mandi kaya kebiasaan sebelumnya. Masya Allah tabarakallah Rupanya sakit kepala

Tragedi Opor Ayam

Siapa di antara kalian yang baru belajar masak setelah menikah, cuung? Apa, gak ada? Udah pada Masterchef dari lahir? Baiklah, kita gak satu team kalo gitu 😌 Ibu saya jago masak, menjahit, menata rumah dan lainnya. Entah kenapa beragam bakat keterampilan itu nggak ada yang menurun pada anak sulungnya. Masak, lewat. Jahit apa lagi. Menata rumah? Ya seadanya aja. Bahkan padu-padan warna yang merupakan keahlian ibu saya satu lagi, yang kayanya paling mudah di antara lainnya, saya masih failed. Yaudah sih gapapa, alhamdulillah masih hidup sehat wal afiat, yakan? Tapi pemikiran gak bisa ngapa-ngapain itu harus diubah setelah menikah, setidaknya begitulah pemikiran saya saat jadi pengantin baru dulu. Emang suami gak nyuruh, tapi kan kasian amat sih ya tiap hari kami beli makanan gantian dari satu warung ke warung lainnya, mulai dari warteg, Padang, Betawi sampai khas sunda. Akhirnya saya ... mulai belajar masak? Oh enggak, saya memulainya dengan ngumpulin buku resep masakan. Dulu tahun 2008

Trend Gerakan Kembali 'Remaja'

"Nunggu anak selesai disapih, cuss aku mau menikmati hidup!" "Masa remajaku banyak aturan, duit terbatas pula. Sekarang punya penghasilan sendiri, waktunya bersenang-senang." ❤️ Begitulah beberapa komen yang saya ingat kala menonton video yang sedang viral mengenai gerakan kembali 'remaja'. Remaja itu fase usia bingung. Galau sibuk cari jatidiri. Kalau kata Britney Spears, "I'm not a girl, not yet a woman." Udah bukan bocah perempuan, tapi belum juga jadi perempuan dewasa. Dalam Al Qur'an sebetulnya nggak ada masa transisi ini. Karena fitrahnya setelah selesai masa kanak-kanak ya jadi pemuda, dewasa. Sudah bisa punya anak, ya masa masih mau jadi anak-anak? Jika mengacu pada Al Qur'an, kembali 'remaja', artinya balik ke masa-masa galau, dong? Tapi baiklah kita samakan persepsi dulu, bahwa yang dimaksud kembali 'remaja' adalah kembali ke masa di mana bisa bebas bermain, bertualang di alam, jalan-jajan, nonton bioskop, bela