Skip to main content

Job Desc Muslimah


 Saya pernah lihat meme tentang anekdot memahami perempuan, dimana terdapat gambar buku super tebal. Ternyata itu baru bab 1 atau bahkan mukadimahnya.


Wow masya Allah, tampak rumit ya? Mungkin karena secara fitrah perempuan lebih banyak menggunakan perasaan ketimbang logika.


Buruk? Enggak lah. Justru itu yang menjadikan rahim mereka super kuat membawa bayi selama 9 bulan, lengkap dengan segala pegal dan sakitnya. Kuat bertaruh nyawa melahirkan dan kelak akan menjadi orang yang paling sabar menghadapi anak-anak yang complicated.


Karena perasaan cintanya pada Allah!


Lalu kalau dari sisi perempuan, sebetulnya apakah dunianya memang serumit itu? Check it out!


Dalam kajian Tazkiyatun Nafs di Bintaro 1 November kemarin, Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar  mengemukakan Job Desc Muslimah sebagai berikut 

1. Sebagai Hamba Allah Al A'raf :172

2. Pas lahir Adz Dzariyat : 56

3. Pas baligh Luqman : 12-19, Al Ahzab : 59

4. Sebagai isteri An Nisa : 34 dan Hadis Riwayat Imam Ahmad no 191.


Ada 4 poin, tolong jangan terbalik Prioritasnya, karena bisa mengakibatkan Gangguan Jiwa. Mau tau alasannya?


Cek Al A'raf : 172

[Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.”]

➡️ Akad perjanjian ketaatan pada Allah telah tertanam dalam fitrah manusia, termasuk perempuan.


Lalu lanjut pada Adz Dzariyat : 56

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."

➡️ Tunduk patuh, sami'na wa atha'na


Luqman : 12-19 ini dahsyat banget masya Allah 

Dimulai dari ayat 12 yang nyuruh Luqman untuk 'selesai dengan dirinya' dengan cara bersyukur pada Allah dalam kondisi apapun. Ayat ini turun sebelum perintah nasehat untuk anaknya.

Di ayat 13 mulai Luqman (yang sudah taat pada perintah di ayat 12) nasehatin anaknya tentang Tauhid, jangan menyekutukan Allah.

Ayat 14 menyuruh berbuat baik pada orangtua.

Namanya manusia suka ada aja 'tapi-nya' termasuk kalau bilang, "Tapi ibu bapakku zhalim, ya Allah ..."

Lantas turun ayat 15, yang memerintahkan untuk gak usah diikutin kalau melenceng dari syariat, tapi tetap bersikap baik. Karena kebaikan itu, sekecil apapun akan mendapatkan balasannya (Luqman : 16)

Masuk ayat 17 tentang perintah shalat dan menyampaikan dakwah amar ma'ruf nahi munkar, lalu bersabar apapun impact dakwah tersebut.

Ayat 18 dilarang sombong (apa sih yang mau disombongin?) 

Diakhiri dengan ayat 19 tentang adab berjalan dan berbicara yang baik.


Al Ahzab : 59 mengenai perintah menutup aurat.


Lalu kita maju lagi menuju masa setelah pernikahan. Job Desc Perempuan sebagai Isteri 

"...Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka)." (An Nisa : 34)

➡️ Patuh pada suami


Nggak main-main pahalanya,

"Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita tersebut, "Masuklah ke surga melalui pintu manapun yang engkau suka." (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)


Gimana, bangga dan bersyukur jadi perempuan muslim? Harusnya gitu kalau urutan prioritasnya bener.


Tapi kalau keliru, bisa runyam. Misalnya kita skip perkara patuh sama Allah karena kok Allah 'banyak bener aturan' ya? Segala harus shalat 5 waktu.


Trus lompat ke Job desk pas baligh, misalnya. Disuruh jangan menyekutukan Allah, patuh sama orangtua. Wah gak akan masuk itu. Makin susaah! Gak bakalan ngotak gimana caranya patuh sama orangtua yang menyekutukan Allah, kalau definisi menyekutukan Allah nya aja gak paham. Tetap baik saat beda pendapat sama orangtua aja udah gak gampang, kan?


Atau job desk sebagai hamba done. Trus sebagai anak gak diikuti karena berpikir orangtua 'toxic', mau nikah dan taat sama suami aja. Ntar abis nikah nih, emosi nggak stabil. Sama suami dan anak bawaannya marah-marah aja. Taunya kenapa? Inner child. Ransel dendam terhadap orangtua yang dibawa kemana-mana tanpa disadari. Mau patuh sama suami, eh ternyata ada kemiripan karakter negatif suami sama orangtua, meski sedikit bisa jadi pemicu tantrum.


Nggak selesai di situ, Job desk perempuan masih panjang. Dengan saudara, tetangga, masyarakat luas. Perkara memuliakan tetangga atau tamu aja bakalan susah banget kalau hubungan dengan anak atau suami berantakan.


Siapa yang sampai sini merasa ngos-ngosan jadi muslimah?


Pada umumnya mereka yang lelah disebabkan karena nggak punya support system yang baik. Kebanyakan perempuan job desc-nya segunung mulai dari masak, nyuci, nyetrika, nyapu, ngepel dan lainnya urusan domestik. Belum selesai dengan itu, antar jemput anak (kalau perlu antar jemput suami juga), membantu pe-er anak, mendengarkan murojaah anak, rapat di sekolah anak dan mendidik karakter anak. Karena al ummu madrasatul ula, bukan?


Sampai tibalah pada kewajiban melayani suami di tempat tidur, para perempuan itu sudah kelelahan. Padahal ini kewajiban utama.


Salahnya di mana?

Lelah itu wajar, manusiawi, karena nggak dibantu. Semua dibebankan pada perempuan. Gak dikasih ART, gak pula ada pembagian tugas domestik dan mendidik anak. Dimana suami seperti ini biasanya berpikir, "Kan aku udah cari nafkah!"

Ini tipe suami ATM. Yang kalau dia bangkrut atau terkena PHK, biasanya nggak lagi punya wibawa. 


Jadi suami shalih itu yang paham untuk memuliakan isterinya sebagaimana yang dilakukan Rasulullah. Penuhi kebutuhan moril dan materilnya. Jika tidak mampu secara materi, maka sayangi dengan maksimal.


Sementara istri shaliha, yang paham akan kewajiban suami tapi juga bijak menyikapi keterbatasan.


Komunikasi supaya sama-sama ridha tanpa ada yang menzhalimi satu sama lain.


Itulah kenapa mencari jodoh itu harus dipersiapkan sedemikian rupa. Supaya jangan kaya beli kucing dalam karung.


Yuk para muslimah, kembali muhasabah diri ya. Tazkiyatun Nafs diperlukan setiap saat mulai merasa rungsing dan menggugat takdir Allah, "Kenapa harus aku?" Atau "Aku salah apa ya Allah?"


Gak tau mau mulai dari mana, yuk ikut #UmrohTazkiyatunNafs bareng Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar insya Allah 28 Februari. Kita sama-sama muhasabah di sana. Ajak suaminya ya, Bu. Biar ngajinya lengkap dan jadi makin cinta satu sama lain.


Daftar kesini ☎️ wa.me/628179279177


Salam hangat, 

Pritha Khalida 🕋


Kalau ada kesalahan resume, murni karena kemampuan saya dalam mendengar dan mencatat, tolong dikoreksi dan dimaafkan 😊

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?