Cita-cita Melanjutkan Kuliah Magister Psikologi di Usia Kepala Empat Menjadi Psikolog merupakan cita-cita saya sejak kecil, tepatnya kelas 2 SD. Dimulai dari hobi membaca artikel Psikologi di tabloid milik Mama, saya jatuh cinta pada profesi ini. Di mata saya, Psikolog itu keren. Ada orang datang dengan masalah apa saja, entah anaknya nakal, suaminya galak, nggak percaya diri dan lainnya, eh ... selalu dia punya solusinya. Beranjak dewasa bacaan tema Psikologi saya bertambah banyak dan variatif. Mulai dari Psikologi anak, pernikahan, sampai gangguan jiwa. Semakin bertambahlah kecintaan terhadap bidang studi yang satu ini. Ingin jadi Psikolog, supaya bisa membantu orang lain memahami dan memberi alternatif solusi atas masalah yang mereka alami. Sampai akhirnya cita-cita itu menemukan jalannya. Lepas SMA saya masuk ke Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Di situ saya baru sadar, bahwa mendalami ilmu Psikologi
Anak Malas, Ortu Gak Perlu Ngegas Adakalanya anak malas ke sekolah. Alasannya bisa macam-macam mulai dari capek, jenuh, belum bikin pe er, gak suka pelajaran tertentu, gak suka guru tertentu, bermasalah sama teman, atau ya #Malas itu sendiri, tanpa tambahan alasan apapun. Sebagian dari kita (been there done that), akan merespon dengan ngomel, ceramah atau membandingkan dengan kita di masa lalu yg pastinya diceritakan yang lebih baik. "Kamu udah dianter, tinggal duduk sampai. Dulu Ibu jalan kaki sekian kilometer, gak ada uang jajan pula bla bla bla." Atau, "Nak, jangan banyak alasan. Jika para Nabi dulu banyak alasan saat berdakwah, agama ini gak akan bisa maju." Atau, "Enak aja gak sekolah. Heh, sekolah tuh bayar, pake uang, bukan daun. Kamu nggak sekolah, SPP nya sama. Gak ada diskon. Papa kerja keras, kaki di kepala, kepala di kaki buat bayar sekolah kamu!" Di saat seperti itu, gak bakalan masuk, percayalah (karena saya pernah, hehe!) Jadi pa