Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2023

Jangan Wariskan Karhutla Pada Generasi Mendatang

Kualitas udara Jakarta dan sekitarnya disebut memburuk beberapa waktu belakangan ini. Sejumlah wilayah terlacak jadi langganan zona merah polusi, termasuk Jakarta dan Tangerang Selatan. "Lihat polusi udara di Jakarta karena tiga hal. Satu kendaraan, kedua pabrik, ketiga pembangkit tenaga listrik." Begitu disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir dalam seminar di Auditorium Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta Selatan, Selasa (15/8). (Source : CNN Indonesia ) Rupanya inilah penyebab panasnya udara di Jabodetabek belakangan ini. Kemarau ditambah dengan faktor-faktor tersebut, lengkaplah sudah memperburuk kualitas udara dan menyebabkan banyak masyarakat terutama anak-anak yang terserang ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Pada periode Januari hingga Juli tahun ini, kasus ISPA di wilayah Jabodetabek mencapai 100 ribu. (Source : VOA ) Jika masyarakat Jabodetabek saja sudah kewalahan dengan polusi udara akibat asap kendaraan, pabrik dan pembangkit tenaga listrik, maka kondi

Transformasi STT Telkom Sampai Tel-U, Membersamai Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Indonesia

Transformasi STT Telkom Sampai Tel-U, Membersamai Perkembangan Teknologi Telekomunikasi Indonesia Pada awal era 90-an, dunia telekomunikasi masih didominasi oleh telepon kabel, baik di rumah maupun perkantoran. Telepon manual dengan fitur minim, asal bisa dipakai untuk menghubungi orang lain melalui sambungan suara. Perlahan perubahan terjadi, kemajuan teknologi merambah ranah telekomunikasi. Telepon kabel mulai digantikan dengan teknologi nirkabel atau ponsel. Transformasi ponsel juga bergerak dengan cepat. Dari ponsel berdering monophonic hingga kini smartphone yang bisa menjadi digital assistant bagi penggunanya. Adalah STT Telkom , pionir sekolah tinggi di tanah air, yang mengajarkan ilmu tentang teknologi komunikasi dan ikut bertransformasi dengan perkembangan zaman terus berinovasi di bidang ini.  Jika ditanya pada mahasiswa saat ini, mungkin tak banyak yang tahu mengenai STT Telkom, karena kini sudah berdiri megah dengan na

Sepenggal Kisah tentang Pedagang Minyak

Pekan kemarin saya dikejutkan dengan wa dari para pemesan #ShidrOil yang nanya, "Teh, ini yang di botol kecil apaan? Salah kirim?" Eh, itu kaan ... #AromatherapyRollOn. Pas ditanya ke Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar ternyata itu bonus. Dan gak pake milih, kejutan smua yang b3li pekan lalu dapet! Masya Allah Ustadzah satu ini kayanya ngamalin banget hadis berikut “Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda “Saling memberi hadiahlah, niscaya kalian akan saling mencintai”. (HR. Bukhari dalam al-adab al-mufrad nomor 269 dan dinilai hasan oleh Syaikh Al-Albani) Jazakillah ya Ustadzah, pada seneng tuh 😘 Kemarin beliau bilang, "Yaudah deh Teh sekalian aja bilangin dua hari weekend ini atau sampai stok abis, yang mesen #MinyakBidara dapet #Aromatherapy ya, tapi yang kemasan polos bukan kembang-kembang." "Beda kemasan doang? Isi sama." "Iya persis." "Lah kece amaat." "Gak banyak tapi ya, kalo se

Surga Dunia yang Berbeda

Surga Dunia yang Berbeda Pertama liat pic ini, saya langsung merenung. Tumben, Xavier kali ini bener, eh ... serius nanggepin satu hal. Biasanya becanda mulu. Well, kita sebagai manusia diciptakan dengan kelebihan, kekurangan dan keunikan masing-masing. Setiap kita juga punya kesukaan, harapan dan impian masing-masing. Nggak ada impian yang terlalu sederhana, pun sebaliknya terlalu tinggi. Nggak ada hobi yang jelek, kecuali melanggar syariat. Jadi saat seseorang suka mancing sampai berjam-jam, ya udah itu memang hobinya. Asal dia gak melupakan kewajiban baik terhadap Rabb-nya atau keluarganya, mereka yang hobinya main golf gak boleh julid. Saat ada anak yang cita-citanya pengen jadi ibu rumahtangga, nggak seorangpun yang boleh merendahkannya dengan bilang, "Yah masa jadi IRT doang? Apa kek jadi presiden!" Emang kenapa dengan menjadikan ibu rumahnya sebagai cita-cita? Mungkin dia melihat ibunya yang menjalankan peran sebagai ibu rumahtangga dengan sukses dan bahagi

Cara Ibu Menerapkan Kebiasaan Baik terhadap Anak

Cara Ibu Menerapkan Kebiasaan Baik terhadap Anak (Cara Agar Anak Mau Meminta Maaf) Pernah nggak sih melihat anak-anak yang melenggang santai sesaat setelah merusak mainan atau menumpahkan minum? Tak jarang sebagian dari kita terburu-buru melabelinya 'Tak Sopan'. Eit, nggak begitu lho ... Pada anak berusia di bawah 6 tahun, kemampuan sosial emosionalnya belum terbentuk optimal. Itulah sebabnya tak mudah meminta anak di usia ini untuk meminta maaf jika ia melakukan kesalahan. Selain 4 tips pada gambar, orangtua juga sebaiknya membiasakan diri untuk menjadi teladan. Jika ada kesalahan yang dilakukan, misal tak sempat memenuhi janji berenang di akhir pekan karena adanya kesibukan yang sulit ditunda/didelegasikan, maka mintalah maaf pada si kecil. Dengan demikian anak akan merasa bahwa setiap orang wajar jika melakukan kesalahan. Jika ia merasa senang atas permintaan maaf orangtuanya saat bersalah, maka ia akan belajar untuk melakukan hal yang sama saat dirinya yang bers

(Jangan Jadi) Si Paling Berjuang

Ada satu masa di mana anak-anak saya mengeluh lelah sekolah. Pelajaran susah ✅️ Guru galak ✅️ Temen nyebelin ✅️ Pe er banyak ✅️ Pengen santuy ✅️ Yang saya lakukan biasanya tahap-tahap berikut " 1. Memeluk 2. Menyuruh mereka mengungkapkan semua isi hatinya 3. Menanyakan perasaannya dan memvalidasinya 4. Bercerita kisah serupa, baik diri sendiri maupun orang lain 5. (Kalau diperlukan) nasehat, kalau nggak ya nggak Rata-rata mereka pernah bilang, "Bunda sih gak ngerasain jadi aku. Capek tau pulang sore, tuh." Atau, "Bunda sih gak ngerasain jadi aku, ngafal Qur'an tuh gak gampang." Khas anak-anak, merasa diri paling berjuang. Merasa orangtuanya, terutama saya yang sehari-hari 'cuma' di rumah, menjalani kehidupan yang super mudah dan nggak lelah. Saya lantas bertanya, "Mau bertukar? Alangkah senang Bunda kalau setiap hari tugasnya belajar, menghafal, makan, tidur ... Kamu boleh lho nyuci, jemur, belanja, masak, beres-beres. Lalu hitung s

Belajar Bisa dari Mana Saja

Belajar bisa di mana saja, kapan saja dan pada siapa saja. Termasuk di kedai kopi selepas pulang dari dokter. Sore itu beberapa bulan lalu, saya dan si sulung baru selesai berobat di satu RS di Bandung. Liat diagnosa agak-agak keliyengan ya, jadi memutuskan untuk gak langsung pulang. Eh si sulung minta masuk ke kedai kopi yang posisinya pas di sebelah RS. Sebuah kedai kopi yang sebenernya nggak terlalu cocok buat kantong saya saat itu, tapi saya yakin ada sesuatu yang bisa dipelajari di sini. Betapa bahagianya si sulung. Untuk pertama kalinya dia beli kopi yang per-cup lebih dari selembar uang biru. Saya suruh dia milih menu sendiri, bayar sendiri dan jangan lupa bilang terimakasih. Ya ampun lama banget, ternyata dia sempet nanya beberapa hal, yang ini pahit gak dan entah apa lagi. Dan ketika pesanannya tiba ... "Enak?" "Hmmm, enaak bangeet!" Matanya merem, lidahnya melet-melet nyeruput es krim di atas kopi. Nggak lama kemudian dia nyeletuk, "Ini ko

Haii Selamat Ulangtahun Republik Indonesia!

Siang ini saya sama anak gadis nge-mall. Berdua aja? Niatnya mah me-time, sendirian. Apa daya bocah satu ini ngotot minta ikut. Yaudahlah angkut aja. Jadi judulnya Girls time. Entah udah berapa lama saya nggak nge-mall, tapi pemandangan di mall siang ini lumayan ngenes. Banyak tenant yang sepi pengunjung. Bahkan tempat makan pun, cuma beberapa yang ramai. Ada yang udah pelayannya berdiri di depan resto, manggil-manggil dengan mempromosikan dagangan mereka, tapi isi restonya tetap sepi. Paling hanya satu dua pengunjung. Di supermarket juga gitu. Sepi banget. Pramuniaga banyak yang berdiri sambil ngelamun atau sesekali ngobrol sama temennya. Cuma satu meja kasir yang dibuka, lainnya dirantai. Ada satu yang lumayan ramai, yaitu jasa kursi pijat. Saya yang jalannya pincang, dengan cepat menarik perhatian. "Pijat dulu, Bu? Setengah jam cuman sepuluh rebu." Ish, bisaan aja nyari konsumen. Tapi maaf ya, Pak. Saya enggak lagi kepengen dipijat. Takut tulangnya makin menjau

Rahasia Rasta

Rahasia Rasta #Fiksi Pritha Khalida Malam beranjak larut. Seluruh anggota keluarga sibuk mengurut kaki, pinggang, bahu dan apa saja yang dirasa pegal setelah seharian mengenakan kebaya dan jas. Meski hanya menggelar pesta kebun yang terbilang sederhana untuk pernikahan Renata, tamu yang hadir nyaris tanpa jeda. Mulai dari rekan bisnis Pak Surya, teman arisan dan alumni sekolah Bu Isye, serta sahabat kedua mempelai. Meski Renata merupakan puteri bungsu, tapi acara pernikahan ini bukanlah penutup. Riza si anak tengah sudah melepas status lajangnya dua tahun lalu. Tersisa Rasta si sulung. Usianya sudah tiga puluh satu. Jangan tanya perawakan. Tinggi atletis berkulit putih dengan rambut ikal. Memiliki bisnis lembaga bimbingan belajar yang sudah ada dua cabang di ibukota. Rasta tentu sudah cukup mapan untuk membangun rumahtangga. Namun entah mengapa, takdir itu belum juga menghampirinya. Yang bersangkutan pun kalau ditanya hanya tersenyum saja. Tanpa sedikitpun penjelasan. Bikin

Bhrisco Jordy, Kerja Keras Sang Calon Menteri Pendidikan dari Pulau Mansinam-Papua Barat

  Pic source : idntimes.com Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar 'Pulau Mansinam' ? Atau, jangan-jangan, Anda bahkan belum pernah mendengarnya. Jika demikian, tak perlu kecil hati. Pulau yang terletak dekat dengan ibukota Papua Barat, Manokwari itu, memang tak sepopuler Raja Ampat. Meski demikian, pulau dengan penghuni tak lebih dari 800 orang itu tetap memiliki sejarah yang istimewa. Di pulau seluas 410 hektar inilah penyebaran Injil oleh misionaris asal Jerman bermula, sebelum akhirnya meluas ke seluruh Papua. Kala itu, sang misionaris Ottouw dan Geissler mendapatkan surat jalan dari Sultan Tidore, yang merupakan salah satu kerajaan Islam di Nusantara, untuk menyebarkan ajaran Kristen. Sultan bahkan memerintahkan kepada kepala suku untuk melindungi mereka dan menolong jika kekurangan makanan. Peristiwa tersebut menjadi catatan tersendiri akan nilai toleransi antara umat Muslim dan Kristiani di negeri ini pada tahun 1855. Tak hanya mengajarkan ajaran Kristen, Ottouw

Kenangan Roadshow Buku Balita Bertanya Anda Menjawab

"Curang Abang mah suka ikut Bunda jadi pembicara. Bilal enggak." Si nomor dua suka protes kalau liat foto-foto abangnya dulu ikut ibunya kesana-sini. Iya masya Allah dulu itu karena anak baru satu kali ya, plus belum ada Zoom, jadi acara offline cukup sering, baik roadshow promo buku atau undangan jadi pembicara kepenulisan. Ini bareng Panda Media di Cikarang, pas road show buku #Parenting #BalitaBertanyaAndaMenjawab Ditemenin editor keren Mba Gita Romadhona , haii Mba 😘 Ada kejadian lucu di sini. Pas ada ibu yang nanya, gimana caranya tetap sabar kalau anak tantrum? Saya kalo gak salah bilang coba tarik napas sambil istighfar, ulang 10x. Baru sedetik saya bilang gitu,  tiba-tiba si sulung lompat ke panggung sambil teriak, "Supermaaan!" Spontan saya istighfar sambil naik napas karena gak enak sama penonton. Dalam hati ngomel, mana bapaknya? Pan tadi minta tolong jagain. Apa sibuk dorong stroller si nomor dua? Hadeuh 🤦‍♀️ Celetuk lah ibu-ibu, "Mba Pritha sabar

Jadi Dosen Tamu Kepenulisan di IT Telkom

"Bun, ada temen kantorku yang bilang kalau dia tau aku lulusan #STTTelkom . Kupikir wah terkenal juga aku ya, orang dia masih muda. Mungkin angkatan 2008 atau 2009an. Kan itu aku udah lulus." "Trus jadi dia taunya dari mana?" "Dia nanya lagi, isterinya penulis kan, pernah jadi dosen tamu di kampus kita? Kubilang iya. Eh dia bilang, 'Aku hadir saat itu, Bang." "Oh jadi dia kenal seniornya di kampus justru karena aku yang alumni Maranatha?" "Hmm ..." 🫢 In frame, kedua kalinya jadi dosen tamu di #InstitutTeknologiTelkom yang sekarang udah jadi #TelkomUniversity sharing tentang kepenulisan. Mungkin tahun 2011an kalau liat tinggi Gaza sih.

Bicara Cinta dengan ABG Laki-laki

Semalam si sulung cerita kalau dia habis di ... apa ya kemarin istilahnya, lupa. Pokoknya semacam dijodoh-jodohin gitu, sama adik kelasnya. Entah sebab apa, katanya ada yang bilang suka duluan. "Memangnya Abang suka sama dia?" "Suka, eh enggak. Maksudnya ya seneng aja suka mabar, bareng yang lain juga. Bukan suka yang terus ngejar-ngejar buat dijadiin pacar. Lagian dia juga udah punya pacar." "Kok tau dia punya pacar?" "Pernah liat story-nya." "Oh, Abang cemburu nggak?" "Enggak lah. Ya biarin aja." "Kesal?" "Enggak juga." "Masih suka mabar?" "Masih." "Sama dia doang atau ada yang lain?" "Banyakan, gak pernah berdua doang. Kan Bunda suka dengar Gaza kalo mabar sama siapa aja." "Jadi, apa Abang ada niat punya pacar?" "Enggak, gak punya modal. Tekor lah kaya temen Gaza nraktirin makan, nonton. Dia mah orang kaya." "Bagus alasannya, ta

Agar Pengorbanan Berujung Bahagia

Semalam seorang sahabat curhat. Tentang dirinya yg katanya lg mengenali masalah. Namanya sahabat, saya tau lah masalah dia. Seputar cape karena selalu sibuk berjuang dan berkorban untuk orang yang dicintai (keluarga). Sementara dia sendiri ngalah untuk menunda kebahagiaannya. Bagus kan begitu? Memang sudah seharusnya kan? Betul, nggak ada yang salah berkorban untuk orang yang dicintai. Tapi kalau saya ya, ini sebagian saya pelajari juga dari Ustadz Adriano Rusfi, Psikolog. Bahwa berkorban itu ada caranya. 1. Luruskan niat karena Allah 2. Susun strategi supaya nggak hancur setelah berkorban 3. Kalau caranya bener, akhirnya bahagia, bukan nestapa Misalnya gini, ada 2 orang yang mau berkorban demi ibunya yang single parent dan nggak punya penghasilan. Yang satu, asal korban aja dengan ngasih sebagian gajinya ke ibunya. Buat dia mikir belakangan. Yang penting ibu tercukupi. Sementara yang kedua, sama dia sisihkan sebagian gajinya ke ibunya, atas dasar ketaatan pada Allah. Tapi