Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2023

Dengar yang Perlu Saja

 Satu hal yang saya niatkan di awal 2023 adalah meminimalisir apa yang masuk ke telinga dan hati. Memberi ruang seperlunya saja untuk perkara yang bukan urusan saya dan sekiranya tak akan dihisab. Alhamdulillah berhasil, meski rasanya belum maksimal. Kadang masih ada kepo atas rumpian yang rame. Nggak jarang juga masih terpancing buat ngobrolin hal-hal yang nggak seharusnya dijadiin bahan cerita. Gak papa, yang penting udah niat. Jadi ada alarm. Saat mau melanggar, baru satu dua langkah, langsung mundur lagi. Inget, gak manfaat, malah dosa. Saya juga belajar untuk nyari kebaikan orang saat membencinya karena satu hal. Jadi jengkelnya gak kebangetan. Kalau gak mampu, ya menjauh. Dahlah daripada jadi tabungan dosa baru. Berlaku juga sebaliknya. Kalau saya merasa seseorang jaga jarak atau dengar dari orang lain bahwa ada yang nggak suka sama saya, ya saya baikin aja, tapi abis itu mundur dikit. Kalo gak dicariin, gak ditanyain atau bahkan dia tampak lebih baik tanpa kehadiran saya, ya Alh

Salah Kaprah tentang Golden Age pada Lima Tahun Pertama

  Kita pasti pernah membaca jargon iklan susu formula atau makanan tambahan untuk balita yang bunyinya kurang lebih seperti ini, "Maksimalkan Golden Age anak dengan nutrisi terbaik." Atau iklan mainan/buku edukatif untuk balita, "Stimulasi kecerdasan anak di lima tahun pertamanya." Intinya yang mengajak para orangtua untuk memberikan nutrisi dan stimulasi terbaik untuk anak-anaknya di usia balita. Usia yang disebut-sebut sebagai #goldenage yang tak akan terulang kembali. Fase usia yang akan menentukan baik tidaknya perkembangan anak di fase-fase perkembangan selanjutnya.  Benarkah demikian?  Lantas, jika tumbuh kembang anak di fase lima tahun pertamanya tak mendapatkan stimulasi atau nutrisi yang optimal, apakah kelak pertumbuhannya akan tak maksimal? Secara fisik, golden age penting untuk diperhatikan oleh orangtua karena pertumbuhan anak berkembang begitu pesat di fase ini. Penelitian mengatakan sekitar 50% kecerdasan manusia mulai terbentuk di usia 4 tahun. Ada 6

Kinkeeping, Dari Ibu yang Sehat Mental Hingga Terbangunnya Fitrah dan Peradaban

 Senang sekali hari ini saya belajar tentang satu istilah baru dari artikel yang ditulis calon ibu negara--Fery Farhati, yaitu #kinkeeping . Pertama kali diperkenalkan oleh Carolyn Rosenthal, seorang profesor di bidang Sosiologi pada 1985, Kinkeeping dapat diartikan sebagai tindakan menjaga dan memperkuat ikatan keluarga. Merupakan bentuk kerja emosional yang dilakukan baik terkait kewajiban atau keterikatan emosi. Ibu Fery mencontohkan salah satu bentuk 'Kinkeeping' pada setting rencana piknik keluarga. Dimana seorang ibu merupakan orang yang biasanya paling sibuk, mulai dari menghitung budget yang tersedia, memikirkan tujuan, logistik, pakaian dan segala printilan lainnya. Tujuannya satu, agar seluruh keluarga bisa menikmati liburan sampai pulang dengan bahagia tanpa ada kekurangan yang berarti. Gimana, relate Buibu? Sampai sini, pantas lah jika sebagian ibu mengaku bahwa berlibur bagi mereka hanya 'judul' semata. Pada kenyataannya, kegiatan ini cuma memindahkan ke

A Day in My Life as Owner Khadeeja Property

Ini adalah pekerjaan yang jarang saya post selain aktivitas menulis dan konselor #parenting, yaitu sebagai salah satu owner agency marketing property syariah Khadeeja. Abis gimana mau sering posting, orang turun ke lapangannya aja jarang banget 😅 Ya gitu lah emak anak 3, kalo mau pergi harus menyesuaikan waktu sama para boss di rumah. Terutama pak suami yang merangkap driver pribadi. Siang tadi alhamdulillah berkesempatan ikut #gatheringagency salah satu perumahan di Depok rasa Cibubur yang akan launching insya Allah Januari yang akan datang (tapi udah bisa pesen tempat dari sekarang sih). Kenapa saya bilang Depok rasa Cibubur? Lah tembok pembatasnya berbatasan persis dengan Taman Wiladatika-Cibubur, Jakarta Timur. Bukan hiperbola 'selangkah' ke jalan toll, padahal 1Km. Ini beneran loncat tembok, udah bisa pindah propinsi. Se-perbatasan itu! Gathering di satu resto di bilangan Cibubur yang enak sambalnya, eh dapet doorprize voucher minimarket, Alhamdulillah. Kok bi

Tazkiyatun Nafs dan Rukyah Syar'i

Jumat lalu saya berkesempatan jadi moderator kajian #tazkiyatunnafs Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar. Beberapa hari sebelumnya, setelah posting poster kajian, ada yang nanya, "Tazkiyatun Nafs tuh apa sih?" Saya jelasin kan, mengenai upaya membersihkan jiwa dari berbagai penyakit hati atau emosi negatif, yang nggak jarang berimbas ke sakit fisik yang bahkan menahun. Membersihkan jiwa agar bisa produktif dan berdaya di jalan menuju surga. "Biasanya kalau offline habis kajian Tazkiyatun Nafs itu ada rukyah mandiri," pungkas saya. "Hah rukyah? Emang semua penyakit itu gara-gara jin ya?" Weh, ya nggak gitu konsepnya, Marimar! Tapi ya memang gak bisa dipungkiri, bahwa masih ada orang yang antipati saat dengar kata #rukyah. Langsung ingat sama jin, san-tet dan seluruh aktivitas alam gaib. Padahal prakteknya gak gitu amat. Iya ada yang memang dicampuro oleh makhluk halus, tapi banyak juga yang jiwanya terganggu karena belum mampu berdamai dengan luka.  Luka yan

Tips untuk Ibu yang Merasa Gagal

Kemarin saya mengobrol dengan teman baik, seorang ibu yang sudah cukup senior. Namanya ibu-ibu ya, obrolan gak jauh dari urusan keluarga. Bedanya, ngobrol sama ibu satu ini biasanya ada banyak ilmu dan pengalaman. Saat beliau cerita kalau anaknya sekarang alhamdulillah sudah lebih dekat ke masjid, lebih sering baca atau nonton kajian dan mendiskusikan hal tersebut dengan beliau sebagai ibunya.  "Alhamdulillah, Mba Pritha. Ternyata betul bahwa setiap anak punya waktunya masing-masing. Kita orangtua cuma bisa ikhtiar dan mendoakan. Anakku yang sulung ini, dulu pas sekolah santuy bener. Agamanya tuh ya Allah. Padahal aku ya ngajarin. Tapi kok nggak kena? Istighfar, cari tau salahku di mana? Liat anak-anak lain dengan macam-macam prestasinya, aku sempat merasa jadi ibu yang gagal." Saya sempat kaget. Gagal? Padahal di mata saya dia tuh kayanya hebat gitu. Anaknya sarjana lulusan PTN ternama yang waktu itu sempat tes di sebuah lembaga negara. Lalu menjajaki bisnis pula.  Sementara

Sudut Pandang

 Apa yang kalian bayangkan saat lihat desain rumah seperti ini?  Artistik? Minimalis? Keren? Tidak ergonomis? Sempit? Atau ... Bagi saya, rumah ini bagus. Tapi pas tadi liat di fanpage yang mempostingnya, nggak sedikit juga yang memiliki pandangan negatif, beberapa seperti saya sebutkan di atas. Dulu saya suka kesel kalau ada orang yang setiap liat apapun, ada aja komentar negatifnya. Kok kayanya orang kaya gitu gak bahagia ya? Begitulah di mata saya yang seringnya liat apa-apa tuh bagus-bagus aja atau minimal, ya B aja. Qadarullah salah satu yang begitu tuh Mamam (ibu saya) dan adik saya. Jadilah kami sering adu argumen karenanya. Lain kalau dengan Papap, kami sering toss karena sepakat akan satu hal. Pas kuliah saya belajar satu alat ukur Psikologi yang namanya Tes #roarschach Jadi kita akan diperlihatkan gambar-gambar abstrak dan terserah mau bilang itu gambar apa dan berpendapat gimana. Seperti biasa, sebelum ngetes orang, kami antar mahasiswa disuruh mencobanya. Ada salah satu pen

Tikus Kecil dan Sepotong Matahari

#cerpen Pritha Khalida 🌷 Tikus kecil menatap langit di pagi hari. Betapa bahagianya, matahari akhirnya muncul setelah berhari-hari ladang diguyur hujan lebat. Ia merasakan cahayanya menghangatkan bulu-bulunya yang basah oleh tampias air hujan di loteng gudang semalam. "Ayah, matahari itu milik siapa?" tanya tikus kecil pada ayahnya. "Kurasa tak ada yang memilikinya. Ia diciptakan untuk boleh dimanfaatkan oleh siapa saja di dunia ini." "Dunia? Bola bersinar kuning itu bisa dimanfaatkan oleh seisi dunia?" Tikus kecil terbelalak tak percaya. "Yang kutahu matahari itu sebetulnya besar sekali, jauh lebih besar dari dunia ini. Karena jauh, akan terlihat kecil. Makanya jika hanya untuk menyinari seisi dunia ini saja, ia pasti mampu." Tikus kecil terpekur, memikirkan seberapa besar matahari? Bagaimana bisa ada benda yang demikian besar bisa diciptakan di alam ini? Sosok sebesar apa yang menciptakannya? Ia hendak bertanya lagi, tapi ayahnya su

Perempuan dan Luka-luka yang Tak Kelihatan

 Sosok yang senantiasa kuat Memikul beban sungguh berat Dimana tak seorangpun melihat Luka yang sekuat tenaga dibebat Ia yang membaktikan jiwa raga Untuk keluarga yang dicinta Tanpa peduli balas jasa Yang penting semua sejahtera Tapi sepertinya ia terlupa Tuk mencintai dirinya juga Saking banyak hati yang harus dijaga Biarlah yang penting semua bahagia Ia lupa dirinya jantung keluarga Dimana segala rasa terhubung nyata Pada seluruh anggota keluarga Yang senantiasa dijadikan utama Ia juga lupa bahwa seluruh airmata Juga mengalir menembus jiwa Para makhluk keci dalam peluknya Bahkan yang masih di dalam rahimnya Perempuan Acapkali mereka tampak menawan Seolah tak peduli pada segala beban Dan luka-luka yang tak kelihata

Pemasukan Tak Terduga

 Belakangan ramai meme di media sosial bertuliskan, 'Kenapa ada Pengeluaran tak terduga tapi gak ada Pemasukan tak terduga?' Sekilas mungkin akan mengundang tawa (getir) sebagian orang, karena memang belum pernah mengalami, atau mengalami tapi tak tersadari. Tapi bagi saya, sejak belajar Tauhid sama Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar  perkara sekecil apapun dalam hidup, suka banyak takutnya. Bahkan saat becanda sekalipun. Jangan sampai candaan atau celetukan kita, menyelisihi keesaan Allah. Masih ingat kan kalimat yang pernah viral, 'Terimakasih wahai aku, sudah kuat sejauh ini'. Eh lah, siapa yang menguatkan aku? Alih-alih bersyukur sudah dikuatkan oleh Allah, malah menjadikan diri sebagai sumber kekuatan. Cedera Tauhidnya. Sama ini juga, sederhana, cuma buat becanda, 'Kenapa gak ada pemasukan tak terduga?' Lupa sama ayat seribu Dinar? "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari ara

Rezeki Tak Terduga, Terima atau Tolak

 WAG kelas #MembasuhLukaMengasuhdenganBahagia yang saya ampu, malam ini mendadak heboh karena ada satu anggota yang tiba-tiba 'meledak'.  Dia bercerita bahwa di kehamilan kali ini suasana hatinya demikian pekat. Pasalnya orangtuanya tak setuju ia hamil lagi. Anaknya sudah empat, ada 2 ABK diagnosa ADHD dan autis ringan. Alhamdulillah kondisi keuangan cukup, nggak berlebih maupun kekurangan. "Aku udah lama nggak ketemu ortu, karena tau bakal gimana respon mereka kalau tau aku hamil. Eh bener aja, kemarin bapakku datang ke rumah, trus liat aku hamil, ngomongnya nggak enak banget. Seolah nyalahin aku. Padahal aku udah ikhtiar pake KB. Kalau ternyata Allah masih ngasih, gimana mau nolak?" Teman-teman, kebayang nggak kondisinya? Pertama tentu saya ucapkan, Barakallah. Doa agar ini menjadi berkah. Bagi saya kehadiran bayi yang nggak direncanakan itu seperti #rezekitakterduga Tapi anak udah banyak? Lah kan sebetulnya nggak siap, udah ikhtiar juga.  Saya sampaikan padanya 3 p

Gak Perlu Jadi Orang Hebat untuk Bela Palestina

 Gak perlu jadi penulis yang bisa menyampaikan narasi menggugah tentang 🇵🇸. Kita bisa kok nulis apa saja di akun sirewel. Buktinya mereka udah banyak yang ngamuk karena tertekan. Gak perlu jadi sultan untuk bisa nyumbang 🇵🇸. Ada lebih uang belanja atau sengaja motong jatah belanja selama gak mengurangi gizi keluarga, boleh kok ikut donasi. Gak perlu jadi ahli forensik untuk tau luka mereka disebabkan oleh benda ta jam, tumpul, atau pelu ru jenis apa. Share aja supaya lebih banyak orang aware separah apa luka mereka.  Gak perlu jadi psikolog atau psikiater untuk tau kondisi kejiwaan mereka, para masyarakat 🇵🇸 terutama perempuan dan anak-anak. Foto-foto sudah sangat banyak berbicara. Kita cuma butuh empati untuk terus menyuarakan keadilan. Bahkan gak perlu jadi pejabat untuk bikin mata dunia terbuka. Banyakin share, terlibat dalam aksi, pakai atribut, sedekah dan doa. Biar aja itu tugas Ibu Retno Marsudi. Kita doain beliau senantiasa sehat dalam perjalanannya membela 🇵🇸 di forum

There's No Health Without Mental Health

 PRE-0RDER SERI BUKU ANAK SEHAT MENTAL: TENANG 🐝 Buku anak PERTAMA yang mengusung tema SEHAT MENTAL sekaligus pengelolaan emosi secara ISLAMI. 🔅🔆🔅 Menjadi tenang adalah suatu keterampilan yang PENTING dan PERLU dimiliki semua orang. Baik anak maupun dewasa. Kita mungkin jarang menyadari bahwa 90% hidup itu ditentukan dari bagaimana kita bersikap dan bereaksi dengan keadaan dan kejadian yang ada di sekeliling kita. Ketenangan adalah salah satu ciri Muslim dan juga karakteristik mereka yang sehat mental. Apakah kita salah satunya❓ Bagaimana mengajarkan pada anak❓ Yuk, baca buku ini bersama si Kecil❗ Dengan buku ini, anak akan belajar: 🔹Tauhid. Konsep kecerdasan emosional seperti yang Islam ajarkan 🔹Mengenal dan memvalidasi emosi 🔹Keterampilan meregulasi emosi 🔹Mengenal dirinya 🔹Memperkuat bonding dengan orang tua APA ISTIMEWANYA PRODUK INI? 🔸Ditulis oleh praktisi psikologi 🔸Dalil Al-Qur'an  🔸Dilengkapi dengan contoh situasi keseharian yang relatable dengan dunia anak 🔸Na

Resume Kajian Parenting 'Sehari Bersama Ayah'

Pagi ini Alhamdulillah saya menyimak kajian parenting 'Sehari Bersama Ayah' dengan Pak @aanghudaya sebagai narasumber dan Prof @euis_sunarti pendiri @penggiatkeluargaindonesia Yang memberi penguatan di sesi kedua. Berikut insight yang saya dapatkan:  Ayah memberi energi maskulin dan Ibu memberi energi feminin  🧑‍🦰Contoh Energi Maskulin : Leadership, Action, Reason, Logic, Adventure, Strength, Loyalty, Firmness, Survival, Confidence, Focus, Pride, Honour, Efficiency, Power dan Caretaker  🧕Contoh Energi Feminin :  Empathy, Nurture, Fluidity, Softness, Reception, Openness, Devotion, Creative, Compassion, Community, Feeling, Support, Intuition dan Understanding  🚧 Mengajarkan batasan (set the boundaries) dan alasan. Di rumah misalnya tidak boleh masuk kamar orangtua secara sembarangan. Saat bermain bersama teman, tak boleh menyakiti.  🧑‍🍳 Contoh kegiatan bareng Ayah: Masak, bercocok tanam, playdate, story telling, olahraga dll. Intinya pilih kegiatan yang sehari-hari dilaksan

Buku Tenang untuk Pengendalian Emosi Anak Karya Silmy Risman

 Bismillah Tenang itu bukan bakat, tapi kemampuan yang dilatih. Paling bedanya, ada orang yang relatif cepat dalam proses belajarnya, ada juga yang agak lambat. Ya sama aja kaya main sepeda atau memasak. Proses pengendalian emosi juga dipengaruhi oleh pelatih.  Bayangkan seorang anak yang dilatih mengendalikan emosinya oleh dua ibu, satu ibu yang tenang, lainnya ibu yang tak sabar. Yang pertama,  "Yuk bismillah, tenang ya Nak. Sini Mama peluk dulu." Yang kedua, "Tenang sih, Mama udah bilang, TENANG! Segala sesuatu ADA SOLUSINYA!" Kira-kira mana yang berpotensi lebih besar untuk berhasil? Tampak yang pertama ya? Tapi yang kedua tetap punya peluang berhasil, kok. Caranya ya terus tingkatkan kemampuan mengelola emosinya. Boleh jadi buku ini bisa membantu ibu dan anak sekalian. Mau? ☎️ Wa.me/628179279177