Skip to main content

Pemasukan Tak Terduga


 Belakangan ramai meme di media sosial bertuliskan, 'Kenapa ada Pengeluaran tak terduga tapi gak ada Pemasukan tak terduga?'

Sekilas mungkin akan mengundang tawa (getir) sebagian orang, karena memang belum pernah mengalami, atau mengalami tapi tak tersadari.

Tapi bagi saya, sejak belajar Tauhid sama Ustadzah Sayyidah Murtafiah Djauhar  perkara sekecil apapun dalam hidup, suka banyak takutnya. Bahkan saat becanda sekalipun. Jangan sampai candaan atau celetukan kita, menyelisihi keesaan Allah.

Masih ingat kan kalimat yang pernah viral, 'Terimakasih wahai aku, sudah kuat sejauh ini'.

Eh lah, siapa yang menguatkan aku? Alih-alih bersyukur sudah dikuatkan oleh Allah, malah menjadikan diri sebagai sumber kekuatan. Cedera Tauhidnya.

Sama ini juga, sederhana, cuma buat becanda, 'Kenapa gak ada pemasukan tak terduga?'

Lupa sama ayat seribu Dinar?

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya, sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."

(QS. Ath-Thalaq: 2-3)


Jika menyangkut materi, ayat ini biasanya lebih dirasakan oleh para pedagang. Karena nggak pernah ada pedagang yang tahu seberapa banyak barangnya laku dalam setiap hari, pekan atau bulannya. Lain dengan karyawan yang relatif punya gaji tetap, (nyaris) pasti tiap bulan dapat jumlah yang sama.

Lebih luas, saat kita memahami bahwa rezeki bukan cuma materi, coba sejenak pejamkan mata. Ingat-ingat rumah mungil yang kita tempati--meski mengontrak, menjaga dari panas dan hujan. Sepeda tua yang bisa meminimalisir lelah sekadar ke tempat yang tak terlalu jauh. Anak-anak shalih, pasangan yang pengertian, tetangga yang baik.

Atau lihat ke diri sendiri. Tubuh yang sehat atau tetap bisa produtif meski tak sepenuhnya sehat. Kelengkapan tubuh tanpa perlu alat bantu (lihat, dengar, jalan) sampai pada nafas yang gratis hingga kelak tiba masa habis.

Semua rezeki yang kadang lupa disyukuri.

Jadi, saat bertanya, 'Kenapa tak ada pemasukan tak terduga?'

Boleh jadi karena sebetulnya ia datang tapi kita menutup pintu. Pintu sadar dan syukur.


Salam hangat,

Pritha Khalida🌷

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?