Skip to main content

Resume Kajian Parenting 'Sehari Bersama Ayah'


Pagi ini Alhamdulillah saya menyimak kajian parenting 'Sehari Bersama Ayah' dengan Pak @aanghudaya sebagai narasumber dan Prof @euis_sunarti pendiri @penggiatkeluargaindonesia

Yang memberi penguatan di sesi kedua.


Berikut insight yang saya dapatkan: 

Ayah memberi energi maskulin dan Ibu memberi energi feminin 

🧑‍🦰Contoh Energi Maskulin :

Leadership, Action, Reason, Logic, Adventure, Strength, Loyalty, Firmness, Survival, Confidence, Focus, Pride, Honour, Efficiency, Power dan Caretaker 

🧕Contoh Energi Feminin : 

Empathy, Nurture, Fluidity, Softness, Reception, Openness, Devotion, Creative, Compassion, Community, Feeling, Support, Intuition dan Understanding 

🚧 Mengajarkan batasan (set the boundaries) dan alasan. Di rumah misalnya tidak boleh masuk kamar orangtua secara sembarangan. Saat bermain bersama teman, tak boleh menyakiti. 

🧑‍🍳 Contoh kegiatan bareng Ayah: Masak, bercocok tanam, playdate, story telling, olahraga dll. Intinya pilih kegiatan yang sehari-hari dilaksanakan, hobi dan usahakan ada manfaatnya secara praktis/life skill sehingga anak kelak bisa mempraktekkan. 

🧑‍🔧 Ajak anak ikut aktivitas rutin/pekerjaan Ayah. Di sini anak tidak hanya belajar tapi juga mengamati apa yang dilakukan/diajarkan oleh ayahnya. 

🧑‍💻 Tidak setiap hal/momen harus didampingi. Adakalanya anak 'dilepas' misalnya saat mereka berkreasi serius (main lego, melukis dll), main dengan teman, ikut kajian di mushala dll. Yg penting tanamkan dan ingatkan batasan dan mengevaluasi yang sudah dilakukan. 

👫 Usahakan Ayah dan Bunda satu suara. Kalaupun ternyata berbeda, bisa dijadikan diskusi dengan anak mengenai penyebab (pastikan perbedaan ini bukan yg sifatnya fundamental) 

❗Penguatan dari Prof Euis Sunarti

Ayah dan Ibu harus memahami peran masing-masing dan mempraktekkannya. Menjadi tantangan bagi keluarga untuk mengontrol lingkungannya. Jika tak bisa mendekatkan jarak kantor untuk bisa membersamai anak, maka carilah strategi lain. Yang terpenting upayakan bentuk lingkungan keluarga yang sehat, memiliki visi, evaluasi sehingga bisa mewujudkan hidup yang berkualitas.


Semoga bermanfaat 

Salam hangat,

Pritha Khalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Berhenti Menyalahkan Gen-Z, Lakukan Perbaikan

Viral video yang menyatakan para pengusaha ogah, bahkan trauma menerima #GenZ bekerja di perusahaannya. Alasannya, Gen-Z ini generasi yang attitude-nya negatif : 1. Lebay 2. Tidak Realistis baik dalam bekerja maupun menetapkan dan mencapai target 3. Tidak mau disalahkan 4. Merasa jadi semacam 'pusat dunia', kalau ada masalah orang lain yang salah/toxic  5. Mudah putus asa, daya juang rendah Really? Pertama-tama mari samakan persepsi. Berdasarkan data BPS, Gen-Z adalah generasi yang lahir sekitar 1997-2012. Sumber lain ada yg menyatakan lbh awal 1 tahun. Tapi ya udahlah anggap aja pertengahan era 90an sampai akhir 2010. Lahir di era pesatnya perkembangan teknologi digital, membuat mereka memiliki karakteristik unik, seperti keterampilan digital yang kuat, kreativitas, serta keinginan untuk berkolaborasi dan berkontribusi pada masyarakat. Keren kan? Tapi bagai dua sisi mata uang, kelebihan selalu disertai dengan kekurangan. Karena tumbuh dengan segala kemudahan teknologi, yang ap...

Resesi

  Kemarin saya silaturahim ke kantor salah satu mitra developer Khadeeja Property di Depok. Berdua aja sama anak gadis, saya putuskan naik KRL dan ojek. Turun di Stasiun Pondok Cina. Rasanya baru kali ini deh saya turun di situ. Beberapa kali ke Depok, kalau nggak Stasiun Depok Baru, Depok Lama ya UI.  Orang yang terbiasa stay di sekitaran stasiun pasti jeli ngeliat kalo tatapan saya waspada bangetvliat kanan-kiri, khas orang baru. Kayanya seperti inilah tatapan seorang driver ojol yang mangkal di dekat stasiun. Saat saya jalan ke pangkalan ojol, karena seperti biasa nggak boleh naik tepat di stasiunnya, seorang driver berseragam hijau menghampiri. "Ummi, sudah dapat ojek?" Sopan ia bertanya. "Belum, baru mau pesan." "Sama saya aja ya, Ummi?" "Oh boleh, bisa langsung di-pick di aplikasi ya?" "Enggak Ummi, gak usah pake aplikasi. Coba klik di situ aja alamatnya, nanti ngikut situ ongkosnya." Alarm saya mulai bunyi, be careful, gak ada bu...

Gadget, Sahabat atau Musuh bagi Fitrah untuk Bertumbuh

  Bisa membersamai guru itu rezeki tak terkira. Tahun lalu, saya mengenal Bunda Roro. Eh, bukan, kenal mah udah lama, beberapa kali nonton videonya bersama sang suami, Ustadz Harry Santosa allahuyarham. Tahun lalu itu saat akhirnya saya memutuskan ikut kuliah #fitrahbasededucation dan #fitrahbasedlife selama 3 bulan (akhirnya sih extend karena berbarengan dengan Ramadhan) Kuliah yang mensyaratkan kehadiran 90% kalau mau dapat sertifikat, maka saya pun jadi rajin. Ya bukan karena sertifikat amat sih, sayang aja gak sih udah bayar, belajar, tapi disia-siakan dengan nggak serius? Saya pengen bisa menyerap ilmunya, biar bisa dipraktekin ke diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Faktanya, belajar #fitrah memang sulit menemukan kata akhir.  To know God (Ma'rifatullah) To do Good (Good life) And to Accept the True Knowledge (Ilmu - Kitabullah) Ilmu yang harus terus dipelajari dan diperbaharui sampai akhir hayat. Sore tadi saya berkesempatan membersamai Bunda Roro sebagai Host di sala...