Skip to main content

Saat Kau Tak di Sini

Hahaha judulnya baper banget! Padahal mah, ini lagi mau cerita sama Abang Gaza, betapa ada yang sangat kehilangan dan merindukanmu saat kamu lagi mabit, Bang...

Siapa?
Bilal, siapa lagi cobaa!

Dia, partner berantem kamu setiap hari. Dimana di matanya kamu adalah kakak paling iseng sedunia. Sementara bagimu, dia adik paling gengges sedunia.

Saat berantem lalu kalian masing-masing bilang, bahwa kalian gak mau temenan atau bahkan sekedar deketan lagi selama-lamanya... Hahaha lagunyaa! Padahal semenit kemudian udah main lego bareng atau berbagi jurus Boboiboy.

Ya gitu deh kakak-adik, dekat berantem, jauh kangen. Meski sih ya, Bunda gak yakin juga kalo Abang kangen sama Bilal sebesar kangennya Bilal ke Abang. Apalagi saat bersenang-senang dengan teman-teman. Itu kan masa-masa dimana Bilal tersisih, karena kamu biasanya juga males kalo dia ngintilin mulu kemana pun kamu pergi. Ya gak, ayoo ngaku!

Tapi Bilal, yang biasanya galak sama kamu ini, merasa seolah waktunya hampa saat kamu gak di rumah, Bang! Ini bukan majas hiperbola, seriusan tauu. Semua yang dia lakukan jadi geje. Nonton TV, ga serius. Main mobil2an, bentar doang. Padahal udah dipasangin jalan tol-nya sama ayah. Minum susu aja kelewat karena dia ketiduran di karpet ruang tamu. Ckckck, segitunya deeh...

Berharap kamu sehat ya, Bang... Semoga Allah kasih kesembuhan batuk setelah Bunda ikhtiar dengan parutan kencur+madu tadi, sehingga batuk nggak menghalangi aktifitas kamu di mabit kali ini.

Dan semoga, sesuai judulnya Mabit yaitu malam bina iman dan taqwa, selepas ini kamu jadi anak yang lebih shalih.

Love you more and more,
Bunda

Comments

Popular posts from this blog

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya