Skip to main content

Kenapa Kita Gak Boleh Nonton Sinetron, Bun?

Anak-anak, tahukah kalian momen paling menyenangkan sekaligus menegangkan bagi Bunda saat bersama kalian?

Bukan saat kalian gak bisa diatur. Bukan pula saat kalian minta sesuatu dan Bunda gak punya uang. Atau saat kalian tantrum. Bukan itu!

Jawabannya adalah:
Saat kalian ada gejala mau bertanya sesuatu. Serius, jika salah satu dari kalian menghampiri Bunda dan bilang,

Bunda, ehm...

Aiih itu 99% pasti ada yang hendak ditanyakan. Dan Bunda nyaris selalu deg2an dan panas dingin. Pasalnya, pertanyaan kalian itu seringkali ajaib, di luar perkiraan dan beranak pinak. Alias, satu jawaban akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya. Dan menjawabnya asal-asalan tentu berakibat buruk untuk perkembangan kalian. Sementara jika ditunda, Bunda suka lupa (makanya catet!)

Salah satu pertanyaan Bilal yang dikemukakan beberapa hari belakangan adalah:

Kenapa sih kita gak boleh nonton sinetron?

Aiih...

Karena sinetron gak bagus untuk anak-anak.

Tapi, itu ada anak-anak di sinetron. Berarti buat anak-anak bagus.
*Tuh kan pertanyaannya beranak

No!

Kenapa gak bagus? Kan bagus ada pahlawan super (menunjuk iklan sinetron yg ada jagoan-jagoannya)

Bilal, itu mah pahlawan boongan. Ga ada orang bisa lari cepat atau terbang kaya gitu.
*Thanks sudah bantu jawab, Bang. You're my best partner!

Gak boongan, itu adaaa!

Gak ada, cuma ada di tivi!
*Thanks again, Bang..

Ada, Abang... Adaaa!

Enggak!

Adaa!

Stop!

Dan kalian menatap bunda.

Ada kan, Bun?

Gak ada kan?

Nanti dulu. Dengar Bunda. Ayo sini kita nonton sinetron...

Lalu Bunda menyalakan TV dan memencet tombol seenaknya. Langsung ketemu sinetron, entah apa judulnya. That's easy.

Lihat sinetron ini. Lihat baju pemainnya.

Ih malu ih maluuu..
Jawabmu saat melihat seorang ibu mengenakan pakaian sepaha.

Gak lama ada adegan berantem.

Lihat, bagus gak berantem gitu?

Anakku, kamu menggeleng. MasyaaAllah, Alhamdulillah.

Lalu ada anak yang meledek temannya.

Itu, bagus nggak ke teman begitu?

Lagi-lagi kamu menggeleng, Nak.

Lalu, bagian mana dari sinetron yang bagus?

Pahlawan super!

No, Pahlawan super itu bukan yang seperti itu. Bunda pernah cerita tentang Bilal bin Rabah yang meskipun dijahatin, tetap bilang "Ahad!"
Itulah pahlawan super. Bilal gak takut disiksa, karena dia cuma takut sama...?

Allah.

Good.

Atau cerita Bunda tentang Panglima Khalid bin Walid yang guagah berani memimpin peperangan. Ituu baru pahlawan super!

Hmm, tapi kaaan...

Iya, Bunda tau, yang tinggal ngepelin tangan lalu keluar cahaya dan bisa bikin orang mati itu buat kalian, terutama kamu... (Nunjuk Bilal), keliatannya keren. Tapi Bilal harus tau kalau yang kaya gitu itu bohongan. Mana ada orang yang bisa gitu. Apalagi kalo sinetron hantu-hantuan. Bohooong smuanya!

Eemmh...

Masih mau nonton sinetron?

Kamu diam, nak. Duh betapa Bunda deg2an. Pe er banget iniii, hiks.

Yaudah deh Bilal gak nonton, tapi Bunda temenin Bilal main Lego.

Oh come on, siaaap! Tidak apa-apa kan sambil gendong Nailah?

Yaa gapapa,
Jawabmu masih sambil manyun.

It's okay, yang penting matikan itu sinetron. Even ada tokoh anak-anaknya, Bunda gak yakin sinetron Indonesia layak tonton untuk anak-anak. Terlalu banyak poin yang Bunda anggap masih mengerikan jika masuk ke otak suci kalian.

Well, maaf untuk para penulis skenario, sutradara, produser dan para kru di balik sinetron. Bukan maksud saya menafikkan kerja keras kalian. Saya pernah ada di balik layar serial televisi, sebagai penulis skenario. Saya tahu pasti bahwa ini bukan pekerjaan mudah. Tidak tidur adalah bagian dari resiko pekerjaan seorang penulis skenario, karena harus revisi berkali-kali. Tapi, orang kan boleh punya pilihan dan beropini karenanya. Dan sebagai seorang ibu dari tiga anak yang masih kecil, sorry to say, saya nggak mengizinkan mereka nonton sinetron Indonesia. Belum mungkin tepatnya. Ya manatau kelak akan ada sinetron yang sungguh ramah anak dan bermuatan nilai-nilai tauhid. Semoga...

Nah Gaza, Bilal... Semoga kalian paham. Ya Bunda tahu, perjalanan melarang kalian nonton sinetron belum berakhir. Besok lusa jika ada teman atau saudara yang membicarakan sinetron depan kalian, bisa jadi itu menumbuhkan rasa penasaran. Don't worry, Bunda belum lelah untuk mengingatkan. Gak peduli kalian mau bilang Bunda garang kaya singa juga. Biarin! Yang penting kesucian otak dan hati kalian terjaga. Banyak waktu dimana Bunda tak bisa membersamai kalian, semoga Allah senantiasa menjaga mata dan hati kalian.

Aamiin


Salam sayang,
Bunda


Ps.
Teriring permohonan maaf karena Bunda belum mampu meniadakan televisi di rumah

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Daun Jatuh Atas Izin Allah

Pagi tadi ngisengin suami. Pas dia mandi, saya siap-siap pake baju rapi. "Lho, mau kemana?" Sekeluarnya dari kamar mandi  dia heran liat isterinya udah pake baju rapi. Padahal jadwalnya mau masak. "Ikut ke kantor." "Weeh mo ngapain?" "Kata Ustadz kemarin, isteri yang baik itu selalu nempel sama suaminya. Ikut aja kemana suaminya pergi, sedih kalau berjauhan." "Tapi ini kantor, Bun." "Emang gak ada isterinya temen kamu yang suka ikut ke kantor?" "Gak ada, kecuali sekantor. Itupun jarang, biasanya beda divisi. Dan itu bisa beda gedung." "Aku gak papa kok, kamu kerja nunggu di cafe atau mall." "Mall mana?" "Plaza Semanggi, kan deket. Jalan juga bisa." "Hadeeh!" "Yaudah atuh, tolong buangin sampah dulu." "Hyaelah ..." Dia ngelepas lagi backpack-nya, jalan ke pintu samping, muter lewat pagar depan, ke arah samping untuk buang sampah. Iya muter, karena

Takjil Termanis Hari Ini

Takjil Termanis Hari Ini Kami berbuka puasa bersama barusan, saya dan si sulung. Alhamdulillah ... Sambil mengunyah takjil, dia bercerita tentang hari ini. Tentang tasnya yang berat karena hari Senin harus bawa laptop untuk pelajaran TIK. Tentang sepatu bertalinya yang bikin lama kalau lepas shalat, gak bisa sat set sat set. Tentang dia yang menyelesaikan tugas TIK nya paling duluan. Tentang satu mata pelajaran yang salah jadwal. Tentang sebungkus kacang sukro dari satpam sekolah, yang melihatnya sudah lelah di sore hari. "Kamu gak bilang lagi puasa?" "Enggak lah, nanti gak jadi dikasih kacang. Jadi Gaza bilang makasih aja." Dan tentang driver ojol yang ramah, mengajaknya ngobrol sepanjang perjalanan pulang. "Dia bilang, 'kamu pasti pinter ya, De? Soalnya bisa sekolah di sini. Masuknya aja susah.' Gaza mo bilang, ah enggak Pak, biasa aja, tapi seneng dibilang pinter. Ya udah Gaza diem aja. Bapaknya cerita dia juga anaknya sama kaya Gaza baru