Skip to main content

A Very Special Night

Abang Gaza kesayangan Bunda...

Sudah lama kita nggak adakan malam berdua, ya. Malam--sesaat sebelum tidur, dimana kita ngobrol banyak hal, sampai kantuk datang. Apa saja, mulai dari pelajaran sekolah, kekonyolan yang kau buat di sekolah, teman yang bikin kesal sampai rencana kreasi esok hari.

Ah Bunda ingat, malam berdua kita terputus sejak beberapa hari jelang Bunda melahirkan. Dimana Bunda sudah mulai kesakitan dan kelelahan di waktu bada isya yang biasanya berlanjut hingga jelang shubuh dg drama kontraksi palsu. Subhanallah, sebulan lebih! Ya ada sih sesekali, tapi hanya sebentar. Karena itu biasanya waktu sisa, saat Bunda sudah lelah dengan Nailah.

Maafkan Bunda ya, Bang...

Dan malam ini, Bunda lihat binar di matamu sangat terang mengalahkan kerjap bintang di malam gelap sekalipun. Engkau sangat antusias menceritakan segala hal yang belakangan kau alami atau bahkan akan kau jalani. Kau bercerita tentang persiapan Market Day yang akan digelar sabtu besok di sekolah. Juga tentang kangkung yang dipanen saat kegiatan Farming. Pun tak lupa tentang temanmu yang hobinya meledekmu, entah apa sebabnya.

Satu jam kita mengobrol, Sayang. Sampai akhirnya engkau mengantuk dan pindah kamar.

Ah, sekali lagi tolong maafkan Bunda, nak...
Bunda masih mencoba beradaptasi dan mencari celah atas kehadiran anggota keluarga kita yang baru.

Segera akan Bunda upayakan agar kembali rutin acara berdua kita sebelum tidur. Agar engkau punya banyak waktu untuk bercerita, mendengar pendapat Bunda, menyampaikan isi hati dan keinginan serta memeluk Bunda sepuasnya.

Kita pernah hanya berdua menjalani hari dan sangat bahagia karenanya. Bunda harap, saat sekarang sudah dua adikmu, kita tetap akan jadi tim yang hebat. Bersinergi dalam beragam hal.

Terimakasih karena sudah bersabar memiliki Bunda yg penuh kekurangan seperti ini.

Penuh kasih sayang,
Bunda

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?