Skip to main content

Dears Mantan Idolaku, Teteh Britney Spears...


Teh, kumaha damang?
Saya abis baca berita yang viral tentang peluncuran buku biografi Teteh yang berjudul The Woman in Me. Buku yang katanya isinya mengungkap masa lalu Teteh yang pekat, salah satunya karena pernah melakukan ab0rs1 pas pacaran sama Aa Justin.

Bentar, sebelum kejauhan bahas bukunya, saya mau ngucapin selamat ya, Teh. Gak nyangka, selain pinter nyanyi dan dance, Teteh juga bisa nulis. Nggak pake ghost writer, kan? Apa, pake? Lah kenapa nggak kontak saya aja? Boleh nego, kok. Eh nggak deng, becanda!

Kembali ke topik, Teh Brit.
Sometimes I run, Sometimes I hide. Eh kok jadi nyanyi?

Tapi lagu itu kayanya relate sama apa yang mau saya sampaikan, Teh. Gak usah lari atau sembunyi kalau punya masalah. Emang susah sih jadi artis ya, jangankan berat badan naik, kentut nggak merdu aja ntar jadi headline.

Jujur ya, kenapa gak dari dulu Teteh cerita kalo hamil anaknya Aa Justin? Coba kalau Teteh dulu speak up, gak bakalan ada cerita ab0rsi dan jadi nelangsa. Kita para fans pasti bakal belain dan minimal ngegeruduk si Aa Justin, "Woy tanggungjawab lo! Mau enaknya aja tapi gak mau anaknya."

Sometimes I scared of you!
Apa, Teteh takut dihujat fans karena MBA alias married by accident?

Hmm, ya kalo itu wajar sih. Emang gak enak dihujat. Tapi at least fans di masa itu gak segalak netyjen di masa ini, Teh. Percayalah. Saat itu masyarakat, termasuk saya juga masih termehek-mehek sama film 'Pernikahan Dini', kasian sama si Dini padahal dia salah karena pacarannya kebablasan.

Dah lah emang gak ada bagus-bagusnya pacaran itu, Teh. Sekarang setelah jadi emak anak tiga, saya paham kenapa dulu kami anak-anak suka main rahasia-rahasiaan kalau punya gebetan. Ya karena takut ujug-ujug disemprot, "Gak boleh pacaran!"

Meski dalam hati, naksir kan belum tentu pacaran, yakan?

Tapi sekarang saya juga paham kenapa sebagian orangtua suka keberatan anaknya pacaran. Ya karena itu awal mula dari bencana besar MBA, terutama untuk perempuan. Aib banget gak sih?

Ah saya jadi kebayang gimana perasaan Teteh dulu sesaat setelah aborsi.

And every time I try to fly I fall, Without my wings. I feel so small. I guess I need you baby. And every time I see, You in my dreams. I see your face, You're haunting me.

Di video klip, kita semua liat Teh Brit berendam di bath tub, trus pelan-pelan tenggelam dengan darah mengalir dari tangan. Luka yang Teteh bikin sendiri.

Sekarang saya tau itu namanya Self-harm, menyakiti diri sendiri yang diakibatkan oleh peristiwa traumatis. Peristiwa yang belakangan happening di negeri ini.

Teteh tau, ada 52 orang pelajar sebuah SMP di Kabupaten Bengkulu Utara, secara massal melukai tangan sendiri. Sementara di salah satu sekolah di Karangasem, Bali tercatat ada 49 siswa juga korban self harm. Korban rata-rata berjenis kelamin perempuan.

Pasti akan ada aja orang yang menghujat, "Ngapain sih orang bisa-bisanya nyakitin diri sendiri kaya gitu? Gak ada kerjaan!"

Mereka gak tau, bahwa luka batin yang diderita oleh pelaku, jauh lebih berat. Sehingga luka di badan itu jadi seolah nggak kerasa.

Feeling lonely, itu salah satu alasan orang menyakiti diri. Gak punya support system saat dirinya terluka. Keluarga gak punya waktu untuk denger. Kalaupun ada, baru satu dua kalimat udah langsung di-judge, "Pokoknya bla bla bla!"

Mau curhat di medsos, di-bully.

Orang-orang pada bilang kaya gini nih contoh generasi Strawberry, manis di luar tapi rapuh di dalam. Ah ya, mungkin memang seperti itu. Tapi yang memberi julukan, apakah terpikir bahwa mereka sedikit-banyak juga punya andil dalam kemunculan para strawberry generation ini? Setidaknya dari sikap mudah men-judge atau mengabaikan. Sok merasa jadi generasi terkuat di muka bumi, padahal sebagian besar masih sen kanan belok kiri #ehkeceplosan

Terlepas dari itu, Teh Brit ... Saya berharap semoga kasus yang menimpa Teteh dan dituliskan dalam buku, bisa menginspirasi para remaja di barat untuk mulai mikir terhadap budaya free s3x. Z1na ini bukan perkara ringan. Saya gak tau gimana aturannya dalam kitab suci selain Al Qur'an. Tapi setidaknya mulailah pikirkan dari segi kesehatan dan psikisnya aja. Kehamilan di usia yang sangat muda saat kondisi psikologis belum lagi matang itu bahaya banget. Istilahnya, udah Baligh tapi belum Aqil. Udah bisa punya anak tapi kelakuan masih kaya anak-anak.

Saya belajar tentang Aqil Baligh itu dari Ustadz Aad. Gimana supaya kita nggak cuma mencela mereka para anak muda yang telanjur nyemplung jadi remaja dengan karakter strawberry, tapi punya andil untuk membantu mereka bangkit jadi pemuda tangguh.

Begitulah, Teh. Semoga surat ini bisa nyampe ke Teh Britney ya. Tetap semangat, tetap cantik. Setiap orang pernah berbuat salah. Tapi pintu kebaikan akan selalu terbuka untuk mereka yang mau memperbaiki diri.

Salam sayang,
Pritha Khalida 🌷
Mantan fans kala masih unyu-unyu

#EventSurat_NulisAjaDulu

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?