Skip to main content

Feels Like Home



Kemarin saya hadir di acara Kopdar dan Talkshow #WriterpreneurClub nya Mami @deka66 di Tebet.

Nyaris nggak bisa digambarkan perasaan sepanjang berada di sana. Feels like home.

Menulis sudah seperti separuh jiwa. Sejak kecil saat mulai kecanduan baca #MajalahBobo dan buku-buku karya #EnidBlyton, saya menancapkan cita-cita jadi #Penulis

Alhamdulillah Mamam Mendukung dengan membelikan banyak buku bacaan, karena kata Mamam, kalau mau jadi penulis, mesti banyak baca, biar isi tulisannya kaya.

Maka saya memutuskan melakukannya serius sejak SMP. Terharu banget saat #Opini saya dimuat di mading sekolah dengan bayaran 3 ribu perak. Uangnya saya plastikin, taro di lemari buat kenang-kenangan.

Dari situ saya mulai mencoba kirim tulisan ke majalah. Ada yang dimuat, meski seringnya sih 'kembali ke alamat pengirim'.

Di kampus saya masuk senat, jadi ketua Mading & Buletin #PsychologyPost @universitaskristenmaranatha bareng sahabat tercinta @sy.dina

Wah panjang lah ceritanya kalau mau dituliskan kisah saya menulis. Alhamdulillah buku perdana lahir di 2007.

Seperti halnya hobi lain, semua itu mengalami pasang-surut. Setelah menelurkan beberapa buku solo bahkan ada yang sampai cetak ulang 4x, jenuh hadir. Punya bayi pula, repot. Maka per 2015 saya gudangkan semua file.

Setelah keseling dengan project bisnis #property yang 'menggoda', tahun 2018 saya rindu laptop, tapi bingung mau mulai dari mana. Alhamdulillah liat iklan #KelasMenulisPrivate Mami @deka66 , saya pun ikutan.

Mami itu galak kalo ngajar, tapi di sisi lain beliau paham kalau muridnya punya anak 3 tanpa ART. Slow but sure.

"Harus ada target, tujuan, jadi tau mau kemana. Kita bisa menulis banyak genre, tapi lebih bagus kalau bisa #branding penulis apa kita. Jadi mendalam!" Begitu salah satu pesan beliau.

Menulis memacu saya utk terus belajar. Supaya tulisan ada isinya, gak cuma ikut trend viral atau nulis yg bikin dosa jariyah. Bukankah sebagai muslim, smua perbuatan kita kelak ada hisabnya?

Untuk penulis pemula atau lama yang bingung mulai dari mana, coba ikut kelas Mami @deka66 yg terdekat ada duet maut dg Mba @shintahandini #KelasEditorBersertifikat.

Salam hangat,
#PrithaKhalida 🌷

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Daun Jatuh Atas Izin Allah

Pagi tadi ngisengin suami. Pas dia mandi, saya siap-siap pake baju rapi. "Lho, mau kemana?" Sekeluarnya dari kamar mandi  dia heran liat isterinya udah pake baju rapi. Padahal jadwalnya mau masak. "Ikut ke kantor." "Weeh mo ngapain?" "Kata Ustadz kemarin, isteri yang baik itu selalu nempel sama suaminya. Ikut aja kemana suaminya pergi, sedih kalau berjauhan." "Tapi ini kantor, Bun." "Emang gak ada isterinya temen kamu yang suka ikut ke kantor?" "Gak ada, kecuali sekantor. Itupun jarang, biasanya beda divisi. Dan itu bisa beda gedung." "Aku gak papa kok, kamu kerja nunggu di cafe atau mall." "Mall mana?" "Plaza Semanggi, kan deket. Jalan juga bisa." "Hadeeh!" "Yaudah atuh, tolong buangin sampah dulu." "Hyaelah ..." Dia ngelepas lagi backpack-nya, jalan ke pintu samping, muter lewat pagar depan, ke arah samping untuk buang sampah. Iya muter, karena

Takjil Termanis Hari Ini

Takjil Termanis Hari Ini Kami berbuka puasa bersama barusan, saya dan si sulung. Alhamdulillah ... Sambil mengunyah takjil, dia bercerita tentang hari ini. Tentang tasnya yang berat karena hari Senin harus bawa laptop untuk pelajaran TIK. Tentang sepatu bertalinya yang bikin lama kalau lepas shalat, gak bisa sat set sat set. Tentang dia yang menyelesaikan tugas TIK nya paling duluan. Tentang satu mata pelajaran yang salah jadwal. Tentang sebungkus kacang sukro dari satpam sekolah, yang melihatnya sudah lelah di sore hari. "Kamu gak bilang lagi puasa?" "Enggak lah, nanti gak jadi dikasih kacang. Jadi Gaza bilang makasih aja." Dan tentang driver ojol yang ramah, mengajaknya ngobrol sepanjang perjalanan pulang. "Dia bilang, 'kamu pasti pinter ya, De? Soalnya bisa sekolah di sini. Masuknya aja susah.' Gaza mo bilang, ah enggak Pak, biasa aja, tapi seneng dibilang pinter. Ya udah Gaza diem aja. Bapaknya cerita dia juga anaknya sama kaya Gaza baru