Skip to main content

Kesaksian Perempuan Bekerjasama dengan Ib-Lis

Di wag alumni kampus beredar video perempuan yg kasih kesaksian kalau dia dulu pernah dikasih 'kemampuan' sama dukun. Mulai dari mindahin barang tanpa sentuh, nyembuhin orang sakit sampai mindahin dirinya sendiri ke tempat yang jauh hitungan kedip mata.

Kata dukunnya itu 'kepintaran' warisan dari kakeknya yang nggak turun ke bapaknya.

Awalnya dia seneng dong bisa melakukan hal-hal amazing kaya gitu. Bayangin, hemat banyak untuk ke satu tempat gak usah pake ongkos.

Tapi lama-lama dia sadar kalau itu merupakan proses kerjasama dg ib-lis. Sejak mulai adanya keanehan-keanehan dalam hidupnya. Termasuk perkara menyembuhkan orang sakit, yang sebetulnya hanya memindahkan penyakitnya ke bagian tubuh yang lain.

Puncaknya saat ada seorang laki-laki di kamarnya. Mukanya pucat mengerikan. Dia bilang, "Aku mau jadikan kamu permaisuriku."

Pelan-pelan kulitnya melepuh dan membentuk tulisan Sa-Tan, mirip kaya cap di badan sapi.

Dari situ, beberapa kali dia dinyatakan hilang. Semua orang nyari. Tau-tau ketemu di satu tempat yang nggak biasa dia kunjungi. Sampai sama orangtuanya dikasih kartu nama di saku kiri bajunya dan uang di saku kanannya. Papanya berpesan, kalau suatu saat dia hilang lagi, kasih kartu nama itu ke orang yang menurutnya baik untuk mengantar dia pulang. Uangnya untuk ongkos, andai orang tersebut gak punya uang.

Salah satu tempat yang didatangi saat 'hilang' itu rupanya singgasana ib-lis. Dia liat orang-orang lagi melakukan ritual pemujaan gitu dan manggil dia 'Ratu'. Posisinya memang ada di semacam altar. Gak lama dateng deh laki-laki berwajah pucat yang pernah dia temui di kamarnya. Dia ulang niatnya menjadikan si perempuan itu sebagai permaisurinya.

Gak tau lah ceritanya masih panjang sampai 35 menitan. Saya cuma nonton sekitar 10 menit. Tapi udah nangkep isinya.

Dia udah nandatangan kerjasama dengan ib-lis. Ya semacam yang indi-go gitu. Kaya hebat punya kemampuan, padahal mah di baliknya ads perjanjian tak tertulis yang intinya dia bersedia mengabdikan diri untuk ib-lis.

Berat, Bestie!

Jadi hati-hati, jangan pernah senang kalau punya kemampuan macam itu. Atau kagum sama teman yang bisa begitu. Ingatkan, sadarkan. Karena konon orang-orang kaya gitu nggak sadar apa yang sedang terjadi sama dirinya, sampai si penukarnya ditampakkan. Kasus di atas adalah diminta jadi permaisuri se-tan. Naudzubillahimindzalik.

Perempuan ini ngaku satu angkatan sama kami (beda fakultas) dan kejadiannya saat itu tahun 2002. Pernah kejadian kursi kelas yang dia tempati melayang sampai ke plafon. Kejadian yang menurutnya menghebohkan satu kampus sampai rektor turun tangan.

Tapi kayanya kami, para mahasiswa Psikologi itu belajarnya khusyu banget, sampai nggak seorangpun yang tau/ingat ada kejadian itu. Padahal mah fakultas dia terletak di gedung yang sama.

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?