Skip to main content

Vaksin Investasi Kesehatan Keluarga di Masa Depan


Hey kalian, udah bosan pakai masker belum? Sudah lebih dari 2 tahun sejak kita diwajibkan pakai masker di ruang publik di negara ini. Tepatnya sejak bulan Maret 2020 saat kasus Covid pertama terdeteksi di Indonesia.

Sejak itu semua tak lagi sama ...

Kita diliputi rasa takut, khawatir, bahkan paranoid, baik itu tertular maupun menjadi carrier.

Simpel saja, bertemu dengan orang yang bersin saat antre di kasir minimarket, bisa bikin kita auto mundur beberapa langkah. Apalagi jika orangnya tak pakai masker. Rasanya ingin memaki. Atau, saat membeli penganan/kudapan. Kita pasti memprioritaskan pedagang yang disiplin bermasker dan bersarung tangan. Tidak taat prokes? Siap-siap saja berkurang pelanggan. Tak peduli semenggiurkan apa makanan yang dipajang.

Kasus pertama Covid-19 di dunia diduga merupakan wanita yang bekerja di pasar basah Wuhan, China. (Source : Kompas) Dari situ dengan cepat virus bermutasi dan menyebar ke seluruh dunia. Corona Virus bukanlah jenis virus 'menengah ke bawah' yang hanya menyerang negara miskin atau negara berkembang dengan sanitasi yang buruk. Virus ini tak pandang bulu. Seluruh Amerika dan Eropa pun takluk dibuatnya.

Sebaran Covid di Amerika April 2021

Sebaran Covid di Inggris pada 2021 
(Source dari sini)


Seberapa Bahaya Covid?
Gejala yang paling umum:
- Demam
- Batuk
- Kelelahan
- Kehilangan rasa atau bau (Anosmia)

Gejala yang sedikit tidak umum:
- Sakit tenggorokan
- Sakit kepala
- Sakit dan nyeri
- Diare
- Ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
- Mata merah atau iritasi

Gejala serius:
- Kesulitan bernapas atau sesak napas
- Kesulitan berbicara atau bergerak, atau bingung
- Nyeri dada

Itu merupakan gejala yang muncul di awal Corona menyebar di Indonesia. Selanjutnya, virus Covid bermutasi lebih ganas. Kita tentu masih ingat saat varian Delta mengganas di negeri ini. Indonesia mencatatkan rekor 56.757 kasus baru COVID-19 pada Kamis (15/7/2021). Tercatat total pasien aktif saat itu ada sebanyak 480.199 orang. Rumah Sakit di mana-mana over capacity (Source : detik.com)

Source pic dari sini


Tidak selesai sampai Delta, di awal 2022 Indonesia kembali memasuki gelombang ketiga Covid. Kali ini Omicron lah 'bintangnya'. Dilansir dari Kontan.co.id akhir Februari atau awal Maret 2022 merupakan puncak kasus Omicron, yang bisa diprediksi itu tiga kali sampai dengan enam kali lebih tinggi dari puncak varian Delta. Demikian disampaikan oleh Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (10/2). Meskipun tak separah Delta, namun Omicron menyebar berkali-kali lebih masif, sehingga jumlah korban jauh lebih banyak. Di media sosial, ramai masyarakat menyebut gelombang ketiga ini sebagai Bulan Greges Nasional. Dimana banyak sekali yang merasakan gejala Omicron, terlepas dari dinyatakan positif melalui tes Swab ataupun tidak.

Syukurlah ada VAKSIN
Yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Vaksin COVID-19 tiba di Indonesia pertama kali pada tanggal 6 Desember 2020 sejumlah 1,2 juta dosis dengan merk vaksin CoronaVac buatan dari Sinovac.

Vaksinasi Covid-19 di Indonesia resmi dimulai pada Rabu, 13 Januari 2021. Orang yang pertama kali disuntikkan vaksinasi Covid-19 buatan Sinovac Biotech adalah presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Jokowi mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 pertama sekitar pukul 09.42 WIB di Istana Kepresidenan oleh Wakil Ketua Dokter Kepresidenan sekaligus Staf Divisi Hematologi Onkologi Medik RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) Prof dr Abdul Muthalib, Sp PD-KHOM. (Source : prodi.vokasi.uns.ac.id)

Sayangnya, tak sedikit masyarakat yang menolak vaksin dengan berbagai alasan mulai dari status halal hingga teori konspirasi. Padahal sejauh ini para ilmuwan meyakini bahwa vaksin merupakan pencegah penyebaran Covid semakin meluas dan pencegah tingginya tingkat keparahan masyarakat jika tetap terinfeksi.

Meski demikian, alhamdulillah berkat sinergi antara nakes, pemerintah dengan didukung oleh media massa dan kekuatan jempol netizen Hingga Minggu (14/11) pukul 18:00 WIB, dari 208,2 juta sasaran, sekitar 215,6 juta dosis vaksin telah diberikan kepada sekitar 130,3 juta orang yang menerima vaksin (62,5% dari sasaran) dosis pertama. Lebih dari 84,1 juta di antaranya (40,4%) sudah mendapatkan dosis kedua. Untuk vaksinasi ke-3/booster bagi tenaga kesehatah sudah diberikan sebanyak 1,19 juta (81%).

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmidzi mengatakan dengan demikian Indonesia telah melampaui target WHO tersebut, yakni mampu memberikan vaksinasi lengkap setidaknya 40% populasi pada akhir tahun 2021. (Source : kemkes.go.id)

Pada perkembangan selanjutnya, juga hadir vaksin untuk anak-anak di atas usia 6 tahun. 
Vaksinasi Covid-19 untuk anak usia 6 sampai 11 tahun resmi dimulai pada Selasa, 14 Desember 2021. Pelaksanaan vaksinasi di hari pertama itu berlangsung di SDN Cempaka Putih Timur 03, Jakarta Pusat dan dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono; Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan; Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Jumeri; dan Direktur Sekolah Dasar, Sri Wahyuningsih. (Source: Kemdikbud.go.id). Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan anak-anak, membentuk imunitas mereka khususnya sebelum memulai kembali sekolah tatap muka.

Seberapa Efektif Vaksin Covid?
Memang tak 100% Vaksin bisa melindungi seseorang dari infeksi virus Corona, namun vaksin ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya gejala yang berat dan komplikasi akibat COVID-19.

Evaluasi efektivitas vaksin COVID-19 yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, membuktikan bahwa vaksin mampu menurunkan risiko terinfeksi COVID-19, serta mengurangi perawatan dan kematian bagi tenaga kesehatan. Studi ini dilakukan terhadap 71.455 tenaga kesehatan di DKI Jakarta meliputi perawat, bidan, dokter, teknisi, dan tenaga umum lainnya sepanjang periode Januari-Juni 2021. (Source : bulelengkab.go.id)

Selain itu, vaksinasi apapun termasuk COVID-19 bertujuan untuk mendorong terbentuknya herd immunity atau kekebalan komunitas. Poin yang sangat penting karena ada sebagian orang yang tidak bisa divaksin.

Kelompok Masyarakat yang Tak Bisa Vaksin dan Herd Immunity
Dilansir dari kompas.com, berikut ini beberapa kelompok masyarakat yang tidak bisa mendapat vaksinasi Covid-19:

• Terkonfirmasi menderita Covid-19
• Orang dengan tekanan darah 1180/110 atau lebih
• Penyintas Covid-19 kurang dari 3 bulan
• Mengalami gejala ISPA, seperti batuk, pilek, sesak napas dalam 7 hari terakhir
• Ada anggota keluarga serumah yang kontak erat atau suspek atau konfirmasi atau sedang dalam perawatan karena penyakit Covid-19 sebelumnya
• Memiliki riwayat alergi berat atau mengalami gejala sesak napas, bengkak, dan kemerahan setelah divaksinasi Covid-19 sebelumnya (untuk vaksinasi ke-2)
• Sedang mendapatkan terapi aktif jangka panjang terhadap penyakit kelainan darah
• Menderita penyakit jantung (gagal jantung atau penyakit jantung koroner)
• Menderita penyakit autoimun sistemik (SLE atau lupus, Sjogren, vaskulitis, dan autoimun lainnya Menderita penyakit ginjal (penyakit ginjal kronis atau sedang menjalani hemodialysis atau dialysis peritoneal atau transplantasi ginjal atau sindroma nefrotik dengan kortikosteroid
• Menderita penyakit Reumatik Autoimun atau Rhematoid Arthritis
• Menderita penyakit saluran pencernaan kronis
• Menderita penyakit hipertiroid atau hipotiroid karena autoimun
• Menderita HIV dengan angka CD4 kurang dari 200 atau tidak diketahui


Source pic dari sini

Mereka ini sangat bergantung pada Herd Immunity atau kekebalan kelompok/komunitas. Sebagai contoh jika di rumah Anda ada seorang penderita reumatik autoimun, yang tak boleh divaksin, tapi anggota keluarga lain yang sehat mendapatkan vaksin dosis lengkap, maka si penderita auto imun bisa 'menumpang' pada kekebalan kelompok yang 'menaunginya'.

Itulah kenapa penting sekali bagi mereka yang tak memiliki masalah kesehatan untuk mendapatkan dosis vaksin lengkap.

Well, sebetulnya vaksin apapun, bukan hanya Covid, sangat bermanfaat untuk menjaga imunitas tubuh atas penyakit menular yang berbahaya/mematikan. Dengan adanya virus yang dilemahkan atau bahkan dimatikan masuk ke dalam tubuh, kelak jika ada virus aktif memasuki tubuh, maka imunitas sudah terbentuk. Diharapkan efeknya tak seburuk jika tidak divaksin.

Inilah kenapa vaksin bisa disebut sebagai investasi kesehatan yang sangat penting.

Bagaimana, sudahkah Anda vaksin? Jika sudah, pastikan sertifikat sudah dirilis melalui app Peduli Lindungi ya. Jika belum, bisa dicek di website kemkes.go.id

Salam sehat,
Pritha Khalida



Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan dan Solusi Membatasinya

Source pic dari sini Belakangan rasanya pilek begitu mudah menyerang. Atau sekalinya kena, eh kok bertahan lama? Cek antigen, alhamdulillah negatif. Source pic dari sini Gatal-gatal, biang keringat, bisul sampai bintitan, tumben-tumbenan menghinggapi anak-anak. Padahal sebelumnya nggak pernah. Mandi, seperti biasa dua kali sehari. Pakai sabun anti bakteri pula. Cuaca panas ekstrim memicu migrain. Dingin ekxtrim, eh jadi kaligata / biduren. Biasanya nggak begini. Badan mendadak ringkih. Relate dengan beberapa penyakit di atas? Saya dan keluarga mengalaminya. Belakangan rasanya badan jadi ringkih. Di antara kami ada yang jadi gampang batuk/pilek, kulitnya mendadak sensitif, acapkali terkena migrain dan penyakit lainnya. Ada apa sih? Apa pengaruh kurang kena udara segar, akibat terlalu lama di rumah aja sepanjang pandemi? NO! Ternyata bukan itu jawabannya. Nggak bisa dipungkiri bahwa 'diperam' di rumah dalam waktu lama memicu stress. Di mana stress ini bisa mengakibatkan imu

Remagogi

Setelah ikut segala kuliah mulai dari Psy Perkembangan dan Pendidikan Islami (dg Brothering sbg salah satu materinya), Seminar dan Coaching #InspirePsychology sampai #Remagogi ... Saya melihat ke samping, anak sulung saya di jelang usia balighnya. Sudah Aqil? Belum rasanya, tapi insya Allah tak terlalu jauh. Kadang dia childish, tapi adakalanya pemikirannya out of the box masya Allah. Pilihan sikap yang diambil saat menghadapi masalah tanpa kehadiran saya di sampingnya, beberapa kali bikin saya salut. Sesuatu yang bahkan nggak terpikir oleh saya sebagai ibunya. Salah satunya adalah ketika dia dan temannya nyasar saat lagi sepedahan. Siang bolong, gak bawa uang, haus banget. Temennya berulangkali istirahat dan bilang capek tapi gak tau harus gimana. Si sulung datang ke satu warung, mencoba minta minum. Nggak dikasih, karena tampang dan bajunya nggak macam seseorang yang perlu dikasih sedekah kata pemilik warung. Sejenak dia diam. Lalu memutuskan ke masjid. "Ngapain lu?