Skip to main content

Kenapa sih kita ga bisa lihat Allah?


Pertanyaan itu diajukan oleh putera kedua saya semalam. Tidak to the point, tapi pakai muter2 diskusi sama kakaknya.

Kenapa kuman ga kelihatan?

Karena kecil

Allah besar. Kenapa ga kelihatan?

Karena mata Kita ga sanggup liat Allah.

Kenapaa?

Dan sang kakak angkat tangan
*

Bilal--putera kedua saya bukanlah type anak yang memiliki stok puluhan pertanyaan setiap harinya jika dibandingkan dengan abangnya di usia yang sama. Ia juga--sejauh ini, tidak pernah mengejar jawaban atas suatu pertanyaan sampai puas. Maka satu saja pertanyaan terucap darinya, adalah pe er yang harus saya tuntaskan. Tidak boleh disia-siakan.

Pertama-tama, saya suruh ia mengambil globe, beberapa lembar kertas bekas dan bola yang ukurannya lebih besar dari globe.

Selanjutnya, beberapa lembar kertas bekas tadi, saya remas-remas hingga membentuk bulatan. Anak itu, saya prrintahkan untuk melakukan Hal yang sama.

Apaan sih? Orang Bilal nanya kenapa Allah gak keliatan, malah disuruh bikin kaya gini..
Keluhnya (tapi sambil tetap melakukan perintah)

Nak, lihat... Ini bumi, tempat kita tinggal.

Iya

Aa tahu di mana rumah kita?

Enggak

*Saya tunjukkan pulau jawa
Di sini ada Bogor, sebelahnya Jakarta. Coba sebutkan, apa saja yang ada di Bogor dan Jakarta? Misalnya rumah, Mall, lalu apa lagi?

Kantor, sekolah, pasar, stasiun...

Kebun, sungai, gunung...
Lanjut saya

Ya pokoknya banyak deh.

Nah sebanyak itu tapi kalo dibandingkan sama bumi yg biru ini, jadi sangaaat kecil, yakan?

Iya, setitik.

Kebayang gak orangnya segede apa?

Setitik titiiik.

*Saya ngikik

Nah, sekarang lihat kertas yang tadi Kita bikin bulat. Ceritanya itu Bulan, planet2 dan bola yang besar ini adalah Matahari. Ingat film upin ipin yang tentang planet? Merkurius, Venus, bumi...

Iya.

Siapa yang menciptakan semuanya, A?

Allah

Nah sekarang Aa bayangkan, smua benda2 ini sangat banyak dan besar-besar ukurannya. Terbayang nggak, betapa Maha Besarnya Allah. Allaahu Akbar. Akbar itu Mahaaa Besar, gak ada tandingannya.

Jadi kenapa ga kelihatan?

Nah tadi manusia aja udah setitik titik (kecil banget), apalagi matanya. Mata kita gak akan sanggup melihat Allah. Bahkan Rasulullah saja nggak sanggup melihat Allah.

Kata siapa?

Kata hadist. Saat Rasulullah pulang dari Isra Mi'raj yang sampai langit ketujuh. Ketujuh lho A, kita langit pertama yang terlihat aja, gatau ujungnya di mana. Langit ketujuh pastinya lebih jauh lagi. Nah Rasulullah ditanya sama isterinya, Aisyah.

Ya Rasulullah, apakah Anda melihat Allah di langit ketujuh?

Jawab Rasulullah, di sana ada cahaya yang sangat terang. Dan Allah adalah cahaya di atas cahaya, yang tidak sanggup aku melihatnya.

Aa ngerti gak?

Gak

Artinya, Rasulullah yang udah sampai ke langit ketujuh aja, gak bisa lihat Allah. Apalagi Kita manusia biasa. Padahal Aa tau kan kalau Rasulullah itu udah dijamin masuk surga?

Iya.

Ada satu cerita lagi nih, tentang Nabi Musa AS. Dulu saat beliau menerima wahyu, di hari ke-37, beliau meminta pada Allah untuk bisa melihat wujud Allah.

Dikasih nggak?

Allah bilang, Coba lihat gunung Batu di sekitarmu, wahai Musa. Jika gunung itu sanggup menerima kedatanganKu, maka Aku akan datang. Nggak lama kemudian gunung itu hancur beterbangan. Gak sanggup menerima kedatangan Allah. Padahal itu baru niat.

Apalagi Nabi Musa yang lebih kecil dari gunung?

Ya iya, Nabi Musa sampai pingsan. Begitu sadar, bilang, Aku beriman kepada-Mu ya Allah.

Jadi, Nabi Musa aja merasa ga perlu lagi minta diperlihatkan wujud Allah, karena sudah bisa melihat wujud ciptaan-ciptaan Allah. Gunung, Matahari, Bulan, bintang, laut dan lain-lain. Dimana gunung aja bisa hancur saat baru dengar niat Allah untuk datang. Kebayang kalau datang beneran?

*Bilal gak menjawab, tapi kurleb begini ekspresinya 😱😱

Jadi kenapa Kita ga bisa lihat Allah, A?

Karena Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Dan kita keciiiil, setitik titik. Mata kita ga sanggup lihat Allah. Bisa-bisa pingsan kaya Nabi Musa.

Good!

Yang harus kita lakukan adalah beriman pada Allah. Percaya kalau Allah ada dan melihat smua yang Kita lakukan. Allah ada dan mendengar smua yang kita ucapkan. Kalau bohong, orang mungkin gatau, tapi Allah MahaTau.

*Ngangguk2

Pertanyaan sementara nggak berlanjut, karena dia sibuk memperhatikan globe dan bola-bola kertas tadi.

MasyaaAllah..

Kelak, Nak...
Semoga kau jadi ulama besar yang menyampaikan firman Allah ke seluruh penjuru dunia.

Sampaikan dg cara yang jauh lebih cerdas, lebih baik, lebih menyeluruh, lebih detail dan lebih mengesankan. Agar semua orang tahu kebesaran Allah.

Pritha Khalida
Ibu 3 anak yang setiap hari harus belajar guna menjawab beragam pertanyaan dari buah hatinya

Jawaban diringkas dari berbagai sumber buku dan video, dan Al Qur'an tentunya

*Dari

Comments

Popular posts from this blog

Puluhan Hari Penuh Kenangan di SEMAI (Sedekah Makanan Indonesia)

Seburuk apapun situasi dan kondisi yang menghampiri, yakinlah akan ada hikmah tersembunyi di baliknya, hanya Allah yang tahu, sampai Dia mengizinkan kita untuk ikut mengetahuinya . Kapankah itu? Saat hati kita terbuka dan menyediakan ruang, untuk sang hikmah bertahta. Kisah ini dimulai pada Maret 2020, saat pandemi diketahui baru mendarat di negeri tercinta. Saya waktu itu sedang dipusingkan dengan mengajar anak-anak yang mendadak menjalani sekolah online. Subhanallah, jadi guru dadakan buat anak-anak sepanjang hari bukanlah hal yang mudah. Padahal saya terbiasa membantu mereka membuat pe-er atau menyimak murojaah. Tapi itu berjeda, nggak macam sekolah online, seharian!  Bukan cuma dibikin pening dengan mengajar anak-anak, di sisi lain saya juga harus beradaptasi dengan rumah tanpa ART, yang mendadak resign beberapa pekan sebelumnya. Menjalani beragam aktivitas diiringi paranoid karena pasien covid kedua di Indonesia saat itu, tinggal hanya berjarak 300 meter dari rumah kami. Tepatnya

Daun Jatuh Atas Izin Allah

Pagi tadi ngisengin suami. Pas dia mandi, saya siap-siap pake baju rapi. "Lho, mau kemana?" Sekeluarnya dari kamar mandi  dia heran liat isterinya udah pake baju rapi. Padahal jadwalnya mau masak. "Ikut ke kantor." "Weeh mo ngapain?" "Kata Ustadz kemarin, isteri yang baik itu selalu nempel sama suaminya. Ikut aja kemana suaminya pergi, sedih kalau berjauhan." "Tapi ini kantor, Bun." "Emang gak ada isterinya temen kamu yang suka ikut ke kantor?" "Gak ada, kecuali sekantor. Itupun jarang, biasanya beda divisi. Dan itu bisa beda gedung." "Aku gak papa kok, kamu kerja nunggu di cafe atau mall." "Mall mana?" "Plaza Semanggi, kan deket. Jalan juga bisa." "Hadeeh!" "Yaudah atuh, tolong buangin sampah dulu." "Hyaelah ..." Dia ngelepas lagi backpack-nya, jalan ke pintu samping, muter lewat pagar depan, ke arah samping untuk buang sampah. Iya muter, karena

Takjil Termanis Hari Ini

Takjil Termanis Hari Ini Kami berbuka puasa bersama barusan, saya dan si sulung. Alhamdulillah ... Sambil mengunyah takjil, dia bercerita tentang hari ini. Tentang tasnya yang berat karena hari Senin harus bawa laptop untuk pelajaran TIK. Tentang sepatu bertalinya yang bikin lama kalau lepas shalat, gak bisa sat set sat set. Tentang dia yang menyelesaikan tugas TIK nya paling duluan. Tentang satu mata pelajaran yang salah jadwal. Tentang sebungkus kacang sukro dari satpam sekolah, yang melihatnya sudah lelah di sore hari. "Kamu gak bilang lagi puasa?" "Enggak lah, nanti gak jadi dikasih kacang. Jadi Gaza bilang makasih aja." Dan tentang driver ojol yang ramah, mengajaknya ngobrol sepanjang perjalanan pulang. "Dia bilang, 'kamu pasti pinter ya, De? Soalnya bisa sekolah di sini. Masuknya aja susah.' Gaza mo bilang, ah enggak Pak, biasa aja, tapi seneng dibilang pinter. Ya udah Gaza diem aja. Bapaknya cerita dia juga anaknya sama kaya Gaza baru